Total Pengunjung

Friday, April 23, 2021

The Night

 Mungkin benar pernyataan bahwa kita dapat berencana menikah dengan siapa. Tapi tak bisa kita rencanakan cintamu untuk siapa.

Dalam sepotong fiksi yang tiba-tiba datang bersama waktu antara sepertiga malamnya yang paling pekat.
Dan Saat aku terbangun menyambut pagi.
Yang pertama ku ingat adalah kamu.
Mengapa?
Karena sekali lagi Tuhan dengan sengaja menghadirkan sosokmu dalam mimpi.
Sekali lagi Tuhan memberikan harapan bahwa meski jarak kita sangat jauh, seakan semua tentangmu sedekat itu.
Bagaimana tidak. Aku ingat betul, bahkan dalam mimpi itu disana juga adalah malam.
Obrolan ringan kita memang nampak tak asing.
Sebatas keseharianmu saat disini.
Dalam hal ini apakah pertanyaan sangat sederhana itu adalah sebuah kebenaran atau hanya hasil angan yang aku harapkan.
Detail kecil yang ku ingat adalah, jarak kita dalam mimpi yang Tuhan hadirkan hanya sejauh tengokan kepala.
Ya. Sekali lagi aku tegaskan kedekatan tentangmu hanyalah sepotong fiksi.
Yang selalu hadir seakan mengingatkan bahwa aku mulai lupa tentangmu.
Entah dengan sengaja lupa atau telah memilih untuk melupakan.
Saat dalam kehidupan nyata, senyatanya entah karena jarak atau entah karena semakin memikirkanmu maka semakin aku merasa harus mundur.
Meski setiap kupilih untuk mundur.
Rasa pilu yang menyayat ulu hati itu membuatku tak rela untuk benar-benar melupakanmu.
Rasa pilu yang membuat semuanya terasa hambar.
Rasa pilu yang membuat semuanya seperti semakin memudar.
Disaat itulah aku ingat seperti diawal. Bahwa kita bisa berencana dengan siapa tapi kita tak bisa merencanakan untuk siapa cinta itu terciptakan.