Siapa yang menyangka? Malam milik Agustus ini bukan hanya dingin namun juga pekat dan sunyi.
Aku selalu membayangkan, Desember mulai dapat mengejar. Dan terasa begitu dekat dalam genggaman. Bahkan lebih dekat dan hangat meski dibasahi oleh rintik hujan yang deras.
Dalam Agustus aku tak menemukan itu semua. Namun dingin, pekat dan sunyi itu tetaplah nyata.
Inilah tempat dimana semua dingin memuncak. Pekat terasa enggan berpaling. Dan sunyi semakin menyelimuti. Kemiripan yang datang dalam senyatanya. Membawa serta bunyi berderai yang memecah kesunyian. Meski rembulan tetap diam. Dan binar bintang yang tetap ceria dengan gemerlapnya. Namun yang mendengar dan yang tahu malam itu ada sesuatu yang hancur adalah pemiliknya sendiri.
Bukan jarak yang membuatnya tak terdengar. Hanya saja letaknya yang begitu dalam, mungkin hampir sampai dasar. Dari semua suara yang pernah kalian dengar, suara ini lah yang sebenarnya paling khas. Dan kalian hanya akan sadar mengapa suara sekeras ini tak pernah ada yang mendengar, sampai kalian sendirilah yang mengalaminya...
No comments:
Post a Comment