Total Pengunjung

Tuesday, August 20, 2019

Tak ada Lagi

Tak ada yang sedekat malam dan pagi.
Dan tak ada waktu yang lebih lama dari malam dan pagi
Maka kuceritakan sekali lagi.
Perihal menyatakan perasaan yang sulit.
Tertinggal dan terkubur dalam diam.
Adalah tentangmu yang kembali.
Lebih dekat.
Seperti dekapan seorang kekasih.
Aku melihatmu lama.
Dan masih seperti dulu.
Yang berbeda adalah mungkin hatiku kini telah kembali. Membawa kabar bahwa mulailah merasa dan apapun yang digariskan mungkin akan bertepi menjadi muara kesimpulan yang akan sampai pada tempat dimana semuanya pasti terjadi. Entah bahagia denganmu ataukah menangis pilu karena hanya dapat melihatmu bahagia disana.

Arunika

Warna bukanlah sebuah warna yang bermakna.
Bila ia tak senada dengan warna bibirmu yang merona.
Keharuman bukanlah sebuah keharuman yang dikagumi.
Bila ia tak melekat pada rambutmu yang kelam.
Kehangatan ini bukanlah rasa hangat yang dirindukan.
Bila ia tak bersama dengan senyum dan sapaan darimu.
Lihat, ternyata dunia nampak pucat jika disandingkan denganmu.
Selain aku adakah yang pernah menuliskan ini karenamu?
Maka kini dihadapan langit yang setiap hari kita pandang ku umumkan.
Selama pagi dan senjanya masih ada didunia ini.
Selama itu pula kalimatku adalah tentangmu.
Selama matahari dan bulan masih memberikan sinarnya pada dunia ini.
Selama itu pula kumpulan bait bait dariku adalah untukmu.

Mungkin,
Aku adalah ingatan yang telah dilupakan bagimu.
Namun,
Aku pula lah nama yang tak pernah kau tulis dihatimu.
Aku yang keras kepala jika sudah menuliskan tentangmu.
Yang sepertinya terlalu mendamba hingga lupa siapa sebenarnya tokoh "aku".
Semuanya tampak tak nyata.
Aku tak pernah tergambar nyata oleh pembaca.
Berbeda dengan kamu yang selalu tergambar dengan indah oleh mereka.
Seolah olah adalah sosok sempurna tiada tara yang telah Tuhan ciptakan di dunia.
Dan "aku" sekali lagi muncul sebagai tokoh utama yang menghilang dan tenggelam dalam "kamu".
Kamupun terukir abadi dalam benak mereka.
Jangan lagi kau sembunyikan siapa pemilik. mata indah yang begitu dikagumi.
Karena mungkin sang aku terlalu sulit mengungkap siapa.
Maka kuumumkan saja.
Bahwa dialah sosok imajinatif yang paling dekat dengan fiksi untuk menkisahkan hal-hal nyata menjadi barisan kalimat manis tanpa cela.

Baitku hanya akan berjalan tentang kamu setiap saat seperti ini.
Seperti halnya bumi yang senantiasa berputar mengelilingi matahari.
Disini akan selalu kau dapati sosok kamu yang tak pernah menyatu dengan aku.
Karena kenyataan tetaplah memilukan dan imaji nyatanya terasa manis tak tergambarkan.
Maka kupersilahkan hancurkan saja mimpi-mimpiku hingga berkeping keping.
Dan setelah hancur sehancur hancurnya semua debu mimpi mimpi itu akan selalu menyertaimu
Alasannya pasti kamupun memahaminya.
Karena kalimat terindahku hanyalah kamu.

Sunday, August 18, 2019

Mimpi fiksi...

Mimpiku semalam tak kunjung luntur dari ingatan.
Tentang kamu yang bahkan hampir aku menyerah dan melupakan.
Dalam kisah nyata yang begitu jauh.
Dalam jalannya takdir milikku yang tak sebagus milikmu.
Namun dalam kisah bunga tidurku, kamu hadir menolak semua kenyataan yang ada.
Beberapa dialog pendek.
Sebuah perjalanan panjang.
Menembus batas waktu yang singkat menjadi hari hari yang panjang.
Ada beberapa bagian yang tak masuk akal.
Namun tetap logis dan dapat berjalan seperti apa adanya.
Tentang tempat tempat yang pernah aku kunjungi dan masih melekat pada ingatan.
Menjadikan setting latar yang terasa nyata.
Yang berbeda adalah hadirmu disana.
Tentang kedekatan dan tentang keberanian.
Kuutarakan semua dengan lantang.
Yang selama ini hanya dapat kupendam dalam dalam.
Tawa riangmu. Peluk hangat denganmu. Malam malam yang dilewati bersama. Kepastian bersamamu yang meski terasa begitu drama. Tentang malu malunya kita saat berdua. Dan tentang bagaimana berbagi malam yang panjang menjadi begitu singkat karena telah bersama.
Adalah selingan yang Tuhan berikan padaku malam ini.
Kedekatan denganmu adalah langkah panjang pada waktu yang terbatas.
Telah aku lalui dan rasa senang yang tak pernah terbayangkan.
Tentang kamu yang mulai aku menyerah.
Ternyata menjadi sedekat itu kembali.
Mimpi memang begitu menggiurkan.
Seakan aku ingin selamanya terlelap dalam dunia itu.
Namun mentari telah datang.
Membawa sinarnya yang menandakan hari baru yang gemilang.
Membangunkanku dari semua minpi yang nampak nyata dan begitu indah.
Dan akhirnya membuatku termenung panjang. Mencoba mencerna semua kenyataan.
Yang menggiringku pada kesimpulan, bahwa fiksi semalam adalah tanda bahwa kisah nyata lebih memilukan dan menyesakkan. Tentang kegagalan dan ketidak beruntungan. Namun setidaknya dalam fiksi aku bahagia semua yang membebaniku dapat terlepas dan berubah menjadi kisah penuh kebahagiaan dan akhir yang mebahagiakan.
Hari ini apakah kabarmu disana dalam kenyataan yang tak lagi aku dapat berbincang?


Tuesday, August 6, 2019

Langit yang Sama...

Pernah kau berdiri tepat dihadapanku.
Tapi entah mengapa kata-kataku tak mampu menggapaimu.
Padahal kita selalu memandang langit yang sama.
Tapi kamu terasa begitu jauh.
Dalam benakku mencari berbagai tempat terbaik.
Tempat terbaik melukiskan banyak hal tentangmu.
Meski nyatanya aku tak tahu bagaimana cara untuk sampai kesana.
Hanya harapan suatu hari nanti akan adanya kita disana.
Didepan hamparan padang bunga yang bermekaran dan berbisik karena tertiup angin.
Saat ini haruskah aku menembus langit.
Hanya untuk berharap aku kan bisa meraih tanganmu.
Dan dengan jelas mendengar tawa serta merasakan hangatnya senyummu.
Agar aku bisa mengatakan ucapanku yang tertahan.
Karena rasa sakit akibat kegagalanku selama ini.
Dan karenamu pulalah aku tak rela terhinakan karena menyerah.