Aku ingin disana.
Tempat dimana kamu ada.
Aku ingin disana.
Mendengar tawa renyah dan melihat senyum hangat mu.
Aku ingin disana.
Bercerita panjang lebar tentang keseharianmu yang berwarna.
Aku ingin disana.
Menjadi bagian kisahmu yang terus dikisahkan esok dan lusa.
Dan aku ingin disana.
Sebagai bagian darimu yang kamu cari saat susah dan senang.
Berbagi tiap detik waktu denganmu.
Berbagi ingatan bahwa hari ini diakhiri dengan kita.
Aku masih saja terjatuh pada imaji.
Tentang aku dan kamu yang dikenal sebagai kita.
Malam malamku sunyi diselimuti harap.
Bahwa esok imaji dan mimpiku malam ini tak hanya terlupa usang dalam memori.
Tuhan telah menciptakanku hati yang merasa keindahan itu tak akan pernah berhenti. Maka malam ini berkali ku ucap syukur pada Engkau wahai Sang Pencipta hati.
Do'aku masih sama.
Jalan yang kulalui masih sama.
Masih merasa bahagia dengan apa yang aku ketahui tantang dia.
Yang telah lama Engkau ciptakan. Yang engkau takdirkan sebagai akhir dan awal.
Sebentar lagi Desember datang membawa kabar bahwa Januwari telah siap kembali melangkah lebih jauh. Entah karena aku tak lagi dapat berlari kencang. Atau karena Januwariku yang lebih memilih terbang. Lebih tinggi dari yang dapat aku bayangkan.
Total Pengunjung
Wednesday, November 27, 2019
Monday, November 18, 2019
Peppermint Coffee
Duduk berdua denganmu ditemani peppermint coffee adalah fiksi dalam fiksi yang kini ku baca.
Imajinasiku menuangkan semuanya seakan ini adalah sebuah kisah nyata.
Tentang bagaimana aku gambarkan siang yang mendung kala itu.
Ditemani dinginnya udara pegunungan yang khas.
Lihat saja sekelilingmu banyak dari mereka yang membagikan canda dan tawa.
Memecah waktu seakan enggan beranjak.
Kita terdiam dalam pikiran masing-masing.
Sesekali kulihat senyummu yang masih saja seperti dulu.
Tak pernah aku bosan menatapmu lama.
Meski jantung resah jika bisa sedekat itu denganmu.
Beberapa kata kembali kuucapkan agar kita tak sehening itu.
Obrolan ringan dari berbekal topik mendung.
Sedikit berfilosofi tentang hujan yang mempertemukan kita.
Tentang hujan yang seakan menakdirkan kita untuk bersama lebih lama.
Tapi dari obrolan kita masing masing lupa. Bahwa hujan akan berhenti.
Dan kisah fiksi akan habis halamannya.
Maka sekali lagi kupilih saja mengakhiri.
Mungkin esok kau akan kembali.
Bersama hujan yang lagi-lagi membasahi.
Beberapa rindu yang dititipkan pada mentari.
Imajinasiku menuangkan semuanya seakan ini adalah sebuah kisah nyata.
Tentang bagaimana aku gambarkan siang yang mendung kala itu.
Ditemani dinginnya udara pegunungan yang khas.
Lihat saja sekelilingmu banyak dari mereka yang membagikan canda dan tawa.
Memecah waktu seakan enggan beranjak.
Kita terdiam dalam pikiran masing-masing.
Sesekali kulihat senyummu yang masih saja seperti dulu.
Tak pernah aku bosan menatapmu lama.
Meski jantung resah jika bisa sedekat itu denganmu.
Beberapa kata kembali kuucapkan agar kita tak sehening itu.
Obrolan ringan dari berbekal topik mendung.
Sedikit berfilosofi tentang hujan yang mempertemukan kita.
Tentang hujan yang seakan menakdirkan kita untuk bersama lebih lama.
Tapi dari obrolan kita masing masing lupa. Bahwa hujan akan berhenti.
Dan kisah fiksi akan habis halamannya.
Maka sekali lagi kupilih saja mengakhiri.
Mungkin esok kau akan kembali.
Bersama hujan yang lagi-lagi membasahi.
Beberapa rindu yang dititipkan pada mentari.
Subscribe to:
Posts (Atom)