Total Pengunjung

Tuesday, September 29, 2020

Scolarship

Pernahkan kita mendapati masa lalu.
Tentang menyukai seseorang.
Terlebih kita sebagai lelaki.
SMA adalah awal mulanya.
Disana ada seorang perempuan yang aku sukai.
Kita pernah ngobrol panjang lebar diawal. Tapi karena suatu hal bahkan tak ada obrolan lagi yang mau diobrolkan. Bahkan tau itu aku saja. Langsung kena blok. 😅
Dan itu terjadi setelah masa SMA usai dan bangku perkuliahan pun dimulai.
Kisahnya memang tak selancar itu. Terlalu banyak duka disana.
Dan hal terakhir obrolan yang aku terima darinya adalah. Sebuah tempat favorit dimana kita bisa mencari fiksi-fiksi yang tepat.
Nah disinilah tentang dia berakhir.
Aku hanya bisa memantaunya dari jauh. Tak ada lagi obrolan. Tak ada lagi senyuman darinya yang hangat.
Bangku perkuliahan sepertinya saling menjauhkan kita.
Dia yang brilian itu. Menanjak karirnya. Dan berkali-kali menjadi orang penting dievent yang diselenggarakan dikotanya.
Dan disini aku hanya bisa melihat timelinenya dari jauh. Sembari membakar semangat. Aku harus bisa seperti dia.
Tapi nyatanya. Aku hanya ada disudut bumi antah berantah. Bahkan kafe saja aku hanya pernah lewat.
Lulus sarjana dia berjuang mendapat scolarship luar negeri. "AUSTRALIA"
Sebuah benua dengan sistem pendidikan yang maju.
Penuh hiruk pikuk pemikiran tingkat tinggi dan akan bergelar master of.
Dari sana aku pun ingin mengejarnya, disaat dia berjuang dengan pendidikan para profesor. Aku terbuang dan gagal menjadi orang "terpandang" di tempat ini. dan nyatanya aku nekat untuk sejajar dengannya tapi hanya kuat sampai diuniversitas sudut bumi antah berantah.
Dua tahun berlalu. Dia mendapat gelar master of. Dan akupun. Meski tak sesama itu. 😅
Pernah terbersit. Sepertinya aku pantas menjadi pendampingnya. DAN AKU MENYADARI. "Oh sial, aku harus melakukan sesuatu agar ia menerimaku." Itulah yang kupikirkan.
Tetapi ketika dia kembali mendapat scolarship ditempat yang sama menjadi bergelar Ph.D
Kalian tau kan. Orang diluar kedinasan. Berstatus tak jelas. Pemula yang masih tak tau dan tak punya apapun sepertiku, terasa jarak antara kami semakin lebar.
Dan ketika aku menuliskan ini. Sepertinya dia sudah benar-benar lupa tentangku. 😅
Aku mungkin sudah kalah dalam pertaruhan untuk bersamanya. Tapi jika bukan karena dia. Aku tidak mungkin punya semangat belajar dan mimpi-mimpi yang sampai sekarang masih sebatas mimpi. 😂

No comments:

Post a Comment