Total Pengunjung

Monday, October 23, 2023

Harapan

 Harapan redup yang hampir padam. Mimpi hari itu yang hampir terlupa. Engkau tersenyum, itu saja sudah buatku bahagia.

Lelah mengkhawatirkan tentang dunia. Langit yang tercermin di mataku berwarna biru. Masih saja berlagak untuk terlihat kuat sendirian. Seakan semuanya kuat kutanggung sendiri. Namun ternyata lebih mudah jika kubuang semua ego itu. Tapi sama sekali tak ada niat untuk itu. 

Harapan redup yang hampir padam. Mimpi hari itu yang hampir terlupa. 

Sekarang pun aku masih menunggumu di tempat ini. Berharap suara yang lama terpendam akan dapat terungkap. Entah hanya beberapa kalimat saja yang mungkin akan kujadikan sebuah syair. Berharap untuk tak kau lupakan, seperti senyum dan tawamu kala itu. Sudah membuatku merasa bahagia.

Friday, October 20, 2023

Adakah?

 Aku bagaikan pungguk yang merindukan bulan.

Tiada rasa pantas untukku.

Demikianlah pikirku. Namun tiada inginku melepasmu. Sungguhkan semua kisah yang pernah aku dengar dan aku baca itu nyata adanya? Masih bolehkah kini peraaaan bahagia para tokoh itu untuk kuyakini? Kuasakah kuucapkan cinta padamu? Meski hanya angan-angan, tiada dayaku selalu memejamkan mata hingga kita bersua. Pesonamu pun mengutas harap untukku. Berharap kita hidup bahagia bersama. Bolehkan selamanya aku disini? Kuingin bersanding denganmu. Adakah anganmu untuk kita bersanding denganku? 

Saturday, October 7, 2023

Bagaimana?

 Setelah sekian lama, bisikan itu datang melalui pojok diantara kekalutanku, bahwa aku tak perlulah lagi menuliskan tentang mu setiap waktu. Karena hal itu akan semakin menghancurkan hatiku sendiri. Katanya, banyak orang bilang semakin kau mendamba seseorang, maka semakin asinglah ia. Maka sudah saatnya aku bersikap realistis, melupakan mu. 

Namun dalam harapku merasa hal itu keliru. Kataku, selama kita masih siap untuk patah hati dalam diamnya, maka akan kulewati pahit getirnya mendamba tentangmu. Jika perlu biarlah aku melihat bahagianya terlebih dahulu sebelum aku.

Katakan padaku, kawanku, bagaimana aku bisa melupakan seseorang yang membuatku rindu sehingga aku menyukai sekaligus membenci malam. Tentangnya yang membuat kakiku selalu ingin melangkah maju, membuat mataku tak dapat lepas memandangnya, membuat perasaanku terbelah menjadi berupa-rupa harapan untuknya. Rindu tentangnya bagai dijaga hujan dan disayangi bulan. Maka aku ada disini, dititik ini, masih saja kutuliskan puisi untuknya agar suatu saat nanti aku dapat melihat senyumnya dan mendengar sapaan hangat darinya.