Kawan, masih ingatkah kalian dengan kalimat "fiksi adalah cara untuk menyampaikan fakta". Maka malam ini bersama rintik hujan dan dinginnya udara malam akan kuceritakan sepotong kisah yang hanya Tuhan, aku dan dia yang tahu. Bahwa perasaan itu sama seperti apa yang kurasakan pula. Bahwa harapan itu adalah harapanku pula. Ia adalah tempat dimana aku merasa tak sendiri. Obrolan dengannya adalah harapan yang selalu membuatku tersenyum bahagia. Hingga suatu malam ia mengirimkan ini padaku.
"Tentang dia
Seorang lelaki yang ku temui tanpa sengaja
Yang menjadi peran utama dalam setiap cerita ibuku
Tak sengaja dipertemukan oleh tuhan dibulan ramadhan begitu dekat hingga aku jatuh cinta karena kata -katanya yang membuatku tenang
Dia lelaki yang ku kenal sangat sederhana
Pribadi yang tertutup namun baik hatinya
Setiap canda tawanya mampu melumpuhkan duniaku malam itu
Membalas pesannya dengan hati yang gembira kabar darinya yang ku tunggu setiap harinya
Namun Tuhan telah memberi kenyataan
Kita dipertemukan begitu singkat
Tak ada senyum yang kulihat dari balik telfon genggamku
Tak ada kabar disetiap malamku
Kini kita telah menjalani hidup sendiri
Dibalik malam yang dingin aku selalu menunggu
Disetiap senja yang datang ada kerinduan tentangmu
Aku tau kita telah lama tak bertukar kabar
Namun Tuhan mendengar doaku setiap malam
Entah esok pagi siang atau malam
Tuhan akan membisikan namaku ditelingamu
Dan kita akan dipertemukan seperti dahulu"
Lantas sebenarnya kawan, hanya untuk bisa kembali menyapanya. Aku berharap ini bisa menjadi bahan obrolan panjang sampai kita lupa bahwa untuk sekedar menyapanya saja aku begitu bingung untuk memilih kata.