Total Pengunjung

Thursday, December 27, 2018

Januwari yang Ku Kenal

Tentu saja bukanlah hal yang mudah tatkala bertahun lalu. Desember benar benar hilang arah. Mimpi dan resolusi hanya kalimat antah berantah tanpa makna. Hari yang dilewati Desember hanya bagaimana hari ini. Namun masih jelas tergambar disana dengan raut penuh semangat. Bahkan saat tergelap sekalipun akan terlihat jelas. Bahkan saat terdingin apapun kehangatannya akan selalu memberikan kekuatan.
Dalam tidur panjangnya. Desember perlahan bangkit dan mulai berjalan dalam mimpi-mimpi yang dia dapatkan hanya dengan melakukan apapun yang ia lihat darinya. Menatap kagum pada semua prestasi dan pencapaiannya. Perlahan membangkitkan sedikit rasa yang dulu tak pernah Desember rasakan. Perlahan membangkitkan keinginan untuk bisa sejajar bersama. Perlahan membuat resolusi untuk dapat sedikit pantas saat dunia benar-benar mengabulkan sebuah nama dalam do'anya.
Hingga saat ini Kamis, 27 Desember 2018 satu tahap dari seorang yang memakai baju Desembernya telah sampai pada kabar terakhir yang dia dapatkan. Meski ekspektasi hanya perbandingan antara 001 dan 1001. Masihkah ini alasan Desember untuk sampai pada tahap ini adalah tepat? Masihkan ini alasan Desember untuk mencoba memantaskan diri adalah benar-benar pantas?
Karena sebagaimanapun Desember berlari. Nyatanya dia adalah selalu menjadi akhir. TUHAN apakah ini alasanku untuk berhenti melangkahkan kaki karena rasa kagum itu?
Tapi nyatanya memang Desember masihlah merasa bahagia hanya dengan mengingat saat-saat itu. Ingatan dimana Desember berani melangkah karena dia telah Engkau ciptakan untuk sedikit memberi bocoran dan contekan bagaimana seharusnya hidup.
Dan sebenarnya siapakah yang kamu tuliskan ini wahai Desember? Maka dengan lantang dan jelas Desember menjawab. Dia adalah januwari yang ku kenal.

Friday, December 21, 2018

Rindu kamu? Atau rindu kenangan tentangmu?

Hari ini aku menemukan kalimat pertanyaan.
"Apakah kamu benar-benar merindukannya? Ataukah hanya merindukan kenangan-kenangan tentangnya?"
Sejenak aku berfikir, semua tulisan tulisanku tentangmu datang bersama dengan ingatan-ingatan saat itu.
Ingatan saat aku merasa bahagia denganmu yang kini mulai usang.
Ingatan saat aku merasa kamu adalah segala bentuk keindahan.
Ingatan saat aku merasa kehangatan antara kita adalah sesuatu yang istimewa.
Dan sang waktu yang tegas kembali bertanya. "Pernahkan kamu tanyakan padanya tentang semua rasa itu juga sama?"
Terdiam. Dan semua kalimat tentangmu membeku.
Pupus dan kalimat-kalimat pilu lainnya justru yang mulai membanjiri.
Akhirnya kalimat tentangmu kuhentikan disini sebelum aku semakin tenggelam dalam sunyi dan pekatnya kegelapan yang menyudutkanku pada jurang terdalam bersama getirnya kalimat tentangmu.

Thursday, December 20, 2018

Monash University

Kita memang terpisah jauh.
Semoga suara kita dapat saling tersampaikan.
Agar disaat aku kehilangan arah.
Aku masih ingat suara siapa yang aku cari.
Mungkin disana kamu tersenyum melihat kebodohanku.
Karena merasa bahagia dengan mengenal kamu sebagai kamu.
Memang terkadang aku menghapus semua kesedihanku yang datang meburu hanya dengan mengingatmu.
Membayangkan kamu dengan senyum yang hanya cocok untukmu.
Kita menang sudah tak lagi ada kata bertemu.
Dalam ingatan masing-masing hanya tertinggal sosok terakhir yang dilihat.
Yang aku tau, kamu pergi sejauh itu untuk melihat dunia.
Dan aku suka melihat hal-hal yang kamu abadikan.
Terkadang aku hanya dapat membeku memandang kamu dari sebuah layar ponsel.
Karena dirimu yang jauh disana dengan berbagai usaha keras kamu selama ini.
Saat kamu terlihat tersenyum disana. Akupun akan tersenyum. Membayangkan kamu telah bayak bertemu orang baru dengan bahasa yang sedari dulu kamu idamkan.
Tentang bagaimana salju turun yang meutihkan segala pandangan. Tentang merahnya musim gugur dengan meranggasnya daun mapel. Dan tentang musim semi yang menyegarkan pandangan.
Semua itu tentangmu. Yang hanya dapat aku kagumi. Dan sekali lagi. Kekaguman itu terwujud. Saat kamu masihlah menjadi kamu bahkan saat sekarang aku harus kembali mengingat tentangmu.

Saturday, December 15, 2018

Simpul Rindu...


Kupakai kata-kata ini untuk kembali menggambarkanmu.
Dan mulai tersenyum senang sendiri.
Satu-satunya hal yang paling kubisa adalah melumpuhkan rindu ini tanpa ada orang yang tahu.
Akankah lebih baik jika orang-orang terkasih didekatmu tidak mengenalku.
Kuikat erat rindu ini menjadi simpul, sehingga tak akan pernah tercerai berai karena terlalu lama disini.
Simpul-simpul rindu yang telah banyak kuikat itu. Aku yakin hati ini akan terus penuh dengan harapan. Tentang rindu dan simpul yang mengikat kata menjadi kalimat untukmu.

Thursday, December 13, 2018

Hujan, tentang bagaimana aku merindukanmu


Rintik hujan sore itu menari-nari diatas jalanan yang lengang.
Aku hampir menyerah pada anganku, yang masih saja sebatas angan.
Sama seperti angan-angan yang telah lalu.
Saat itu kutatap senyummu yang tak pernah berubah.
Dalam ingatan, senyum itu selalu membuatku bahagia. Lalu pilu datang bersama hilangnya ingatan yang menyesakkan.
Bukan terhapus. Hanya kembali dalam kehidupan nyata.
Kini semakin lekat kupandangi dirimu selalu.
Namun tak pernah tergapai.
Meski saat aku mencoba tegar dengan semua kalimat ini. Tapi satu yang pasti. Kamu masihlah pantulan sang rembulan dalam danau yang menyejukkan hati.
Terdiam untukku. Dan membawa kisah tentang masa depan. Seakan rasa sakit dan pilu ini dapat kamu pahami.
Tentang bagaimana aku merindukanmu.

Wednesday, December 12, 2018

Diakhir, Untuk Saat Ini...

Kisah dunia memiliki banyak bagian, dengan jalan nasib yang berbeda.
Ada nasib yang sangat kental dengan rasa pilu. Ada pula kelompok nasib yang bergulat dengan rasa pahit yang dibumbui nasib dengan getir yang mengiringi.
Bukan salah dunia jika kamu diberikan nasib yang manis. Nasib yang bergelimang kemewahan. Serta nasib dengan banyak kemujuran.
Namun untukku, meski nerupakan bagian yang menuliskan ini. Tak dikenal adalah bagian dari ada dan tiadanya aku.
Tapi adanya dia, yang akan selalu kalian kenal ketika sebuah nama disebut. Bukan karena dia adalah seseorang sebagai bagian dari kisah sang nasib. Namun karena dia merupakan bagian dari nasib yang lebih baik.
Karena dia adalah sebuah kekaguman yang terlampau indah.
Karena dia adalah satu-satunya keindahan dalam duniaku.
Karena dia adalah hal-hal terbaik yang jauh untuk ku gapai.
Jika kamu bertanya mengapa dia begitu indah dalam setiap kalimatku. Adalah karena dia merupakan keindahan yang memberiku inspirasi.
Namun selayaknya sebuah keindahan haruslah memiliki jalan kisah bersama kesempurnaan sepertimu.
Dan karena kisah harus berjalan seperti itu, seseorang terlampau biasa seperti aku dengan nasib yang masih pula belum semanis mereka. Maka aku harus bisa menyimpan perasaan.
Itulah yang terbaik. Dan bahkan seakan kisah duniapun memberitahuku, bahwa kapasitas seorang aku masih saja hanya bisa menuliskan keindahan pada jaman yang telah banyak menampilkan warna-warna yang kontras dengan keseimbangan gerak serta suara ini. Maka bagiku yang hanya menuliskan indahnya dia dalam kata sudah cukup membuatku bahagia... diakhir...

Sunday, December 9, 2018

AKar....


Aku ingin berterimaksih sekali lagi padamu.
Untuk sekedar meluangkan waktu dan perlahan membaca kalimatku ini.
Walaupun waktu telah berganti, jaman telah berlalu, bagian yang dibaca mulai hilang terkikis oleh keindahan yang dapat dilihat, didengar, dan kamu rasakan.
Tidak ada penjelasan logis akan fenomena ini. Karena kisah tetap berjalan dan roda takdir terus berguling.
Aku sampaikan sekali lagi, dunia ini lebih tenang saat aku memikirkanmu. Meski hanya dalam angan. Aku tau kamu disini.
Kamu adalah sumber inspirasi.
Kamu adalah api yang menyala dihati.
Meski saat aku terjatuh, tersesat, atau bahkan kecewa dengan garis waktu dan kisah yang Tuhan berikan padaku.
Namun begitu aku kembali mengingat Tuhan telah menciptakanmu didalam kisah ini, harapan-harapan yang terkikis itu kembali utuh. Dan bahkan aku sendiripun tak bisa menjelaskan arti adanya dirimu.
Karena saat ini hanya ada satu kata yang ingin kutuliskan untukmu, "Terimakasih dari dalam lubuk hatiku" atas hadirnya dirimu dalam kisahku ini.

Saturday, December 8, 2018

Bagaimana kabarmu?

Terkadang, aku ingin menuliskan sebuah surat.
Namun aku masih saja tak mengetahui kemana alamat yang harus aku tuliskan.
Saat aku melihat seseorang dengan senyum itu dalam sebuah foto, terasa begitu nostalgia.
Bagaimana kabarmu?
Apa kau masih mengingatku?
Atau kamu masih sibuk dengan hal-hal baru?
Dimana hal itu selalu membuatku bahagia saat mengikutinya juga.
Apakah perasaanmu sebahagia ini juga dalam kesibukan itu?
Meski kadar bahagia kita tak pernah sama.
Tapi aku tau. Aku bahagia melakukan semua hal yang juga membuatmu bahagia disana.

Setelah itu, aku kembali mencarimu dalam kebingungan.
Setelah semua kabar darimu tak lagi aku tau.
Setelah semua tentangmu tak lagi dapat aku dengar.
Masihkah aku berhak melanjutkan mimpi indahku itu?
Esok pun aku masih tak tau.
Bagaimana dan seperti apa hal yang membuatmu bahagia lagi.
Kini sejauh aku berlari mengejar tentangmu.
Disini aku masih saja berharap disana ada kamu yang mengingatku.

Wednesday, December 5, 2018

Jejak kita...

Telah kutuliskan jutaan bait kata bersayap tentangmu di langit.
Yang kini telah menjadi gumpalan awan yang meneduhkan.
Meski terkadang hilang oleh angin yang meruntuhkan.
Ia kan terus terkenang dalam benak sang alam,
Merindu,
Terngiang,
Dan terus mengalir.
Seperti tetesan hujan yang menyapu jejak kita di bumi.

Monday, December 3, 2018

Desember untuk Januari

Apakah kau membacanya. Tulisanku ini?
Sudahkah ada orang yang teristimewa dalam kisahmu?
Hari-hariku hanya dapat membayangkan.
Sepertinya mereka lebih dekat dari yang aku tau.
Tidak sepertiku yang bahkan tak ada bagian dalam kisahmu.
"Jangan lupakan aku" dariku ini akankah kau penuhi.
Atau "Aku rela kamu lupa akanku. Karena kamu lebih bahagia saat ini"
Kamu pasti berfikir aku hanya pura-pura kuat.
Sekalipun kukatakan "Aku ingin kamu anggap"
Ternyata senyum itu memang bukan untukku.
Jangan gelisah. Aku tau kamu lebih bahagia dengan hari-harimu saat ini.
Adanya aku atau tidaknya tak ada dampak apapun.
Senyum indahmu adalah senyum untuknya yang teristimewa.
Ada banyak hal yang membuatmu lebih bahagia. Bahkan itu hanya hal kecil. Nyatanya itu lebih membuatmu bahagia.
Dan hari-hari milikmu dengan dia akan selalu begitu.
Dan seandainya harapan-harapanku akan menjadi nyata.
Aku ingin kamu tersenyum seindah dan sehangat itu saat disampingku. Karena aku ingin bertemu denganmu lagi dan merasakan rindu-rinduku selama ini terbalaskan wahai Januwariku.

Sunday, December 2, 2018

Serial Desember dan Januari





Desember dan Januwari

Sajak ini aku ciptakan untuk engkau Januwariku yang masih saja terlalu jauh untuk ku jangkau.
Sebuah sajak sederhana dari Desember yang masih saja merindu padamu.
Yang tertatih pada jalan terjal nan curam yang berkali-kali membuat Desember seakan ingin terhenti untuk mengejar.
Sudahkah engkau mengingat Desember ini wahai Januwariku?
Yang dulu pernah ada dalam jalannya cerita pada hari-harimu.
Yang dulu pernah menjadi bagian dari cerita-cerita lama masa itu.
Yang belum mengenal dunia dari sudut pandang sekarang.
Tentang terjalnya kisah yang telah dituliskan untuk masing-masing.
Tentang dalamnya jurang pemisah.
Dan tentang jauhnya jarak yang tak tergapai.

Mereka masih mengenal kita sebagai dua hal yang "......"
bahkan aku terlalu sombong jika memberikan sebutan ini secara sepihak.
Karena kita tak pernah sampai pada kata mufakat yang membuat semua pada takaran seimbang.
Dan aku tau
Desember memang tak pernah setara dengan Januwari yang selalu ditunggu banyak penggemar.
Karena dunia telah memberikan peraturan bahwa kisah baru selalu berawal pada Januwari.
Sedangkan Desember hanya akhir yang bahkan akan tenggelam dalam hiruk pikuk gemerlapnya keindahan seorang Januwari.