Total Pengunjung

Wednesday, July 31, 2019

Kala Itu...

Harus kutuliskan.
Suasana kafe yang tenang.
Lampu hias gaya klasik yang terang.
Aroma kopi yang khas.
Dibumbui suara pertemuan antara logam dan keramik.
Kamu duduk disamping jendela dengan pemandangan diluar yang sepi. Menyambut matahari yang telah tenggelam diperaduannya.
Terukir senyum pada wajahmu yang sedikit tersapu make up tipis nan menawan dengan pose menopang dagu membuat kehangatan malam itu lebih tentram.
Dikejauhan terdengar sebuah lagu diputar dengan lirik yang familiar. Membuat sosokmu terpatri dalam kalbu yang memandangnya.
Kursi didepanmu masih kosong.
Seakan menanti seseorang yang akan datang.
Sesekali terlihat kamu menikmati aroma dan rasa kopi pesananmu.
Tak lama seorang laki-laki datang. Merubah senyum manismu menjadi tawa kecil nan anggun.
Membuat siapapun tak akan lupa bahwa kebesaran Tuhan adalah menciptakan makhluknya paling sempurna.
Cukup lama obrolan kecil yang dihiasi senyum dan tawa anggun itu disana. Seketika itupula obrolan dan tawa itu berubah. Menjadi diam yang panjang. Menatap dalam mata lelaki itu dengan senyum yang seperti tak pernah lelah. Lelaki itu bernyanyi. Lirik familiar ditemani dengan petikan gitar akustik yang menawan. Sekan melengkapi senyum indahmu malam itu.
Sejenak kamu lupa kopi dan cemilan pesananmu mulai dingin.
Namun kamu dan senyummu masih saja menghangat.
Matamu berbinar senyummu masih saja ada.
Jantung berdegub semakin kencang saat lirik sampai pada bagian reff. Hingga lagupun berakhir.
"Romantis" katamu pendek.
Satu kata yang membuka obrolan baru. Dan kini mereka lebih dekat dari sebelumnya.
Senyummu makin indah saat lelaki itu mencium tanganmu. Tawa pecah diantara mereka berdua.
Lantas bagaimana aku begitu paham suasana saat itu?
Tak usah kalian tau.
Aku hanya penikmat FIKSI yang kini harus berlalu pergi. Karena tak pernah berada disisi.

Tulisanku...

Kepadamu aku ingin menulis.
Tentang jarak.
Tentang rindu.
Tentang waktu.
Dan semuanya membawaku padamu.
Karena adanya kamu.
Karena tuhan telah menciptamu.
Dan karena hati telah sampai pada rasa tentangmu.
Sudah begitu lama senyum milikmu telah membuatku luluh.
Malam-malamku selalu mengingatkan pada gelapnya rambutmu.
Setiap pagiku adalah kehangatan yang mengalir karena tawamu.
Maka hari-hariku tak lain lagi adalah kamu.
Kepadamu ingin kusampaikan barisan-barisan kata yang sengaja ku pilih, bahwa sekarang aku masih saja membayangkan wajahmu dalam tulisanku.
Yang kuharap entah suatu saat nanti masih sempat terbaca.

Sunday, July 21, 2019

Yang ditunggu petang itu...

Harus seperti apa lagi kugambarkan dirimu.
Bahkan saat kucoba memejamkan mata.
Gambaran dirimu masih begitu jelas dalam imajiku.
Harus seperti apa lagi kusangkal semua rasa tentangmu.
Bahkan saat aku mencoba menghapus semua perasaanku dalam jurang keputusasaanku, kamu disana dengan kehangatan yang selalu kembali padamu.
Aku hanya segumpal hati yang rapuh.
Yang jatuh berkali kali.
Yang hampir mati mengering karena pilu.
Dan kamu adalah hujan yang membuat hati ini kembali subur. Penuh dengan rimbunnya pepohonan yang menutup rapat taman bunga yang penuh dengan perasaan menggebu.
Tentang kamu adalah tentang rindu.
Tentang kamu adalah tentang waktu.
Karena tentang kamu adalah alasan kuat untuk kembali mengingat masih ada masa yang disebut waktu itu.

Friday, July 12, 2019

Dari Sepucuk Senyum Milikmu

Menatap dalam pada mata senyummu.
Aku kembali mengingat bait bait tentangmu yang pernah kutulis.
Ada yang begitu sederhana.
Namun juga ada yang bahkan aku tak mengerti mengapa aku menuliskan kalimat itu hanya karena kembali melihat senyummu sekilas itu.
Kamu adalah satu dari kamu-kamu lain yang aku jadikan bahan tulisanku.
Namun pagi itu terasa berbeda.
Saat aku terlalu jatuh saat harus pupus karena ketidakpantasanku itu.
Raut senyummu hadir. Seakan aku terlalu bahagia. Meski entah atas alasan apa kamu tersenyum saat itu.
Dan tahukah kamu. Apakah kamu masih mengingat apakah alasanmu tersenyum pagi itu?

Thursday, July 11, 2019

SOLO

Dikota ini. Adalah sebuah cerita.
Tentang senja deru kereta api yang ditunggu dan kamu.
Kala itu aku hanya bocah yang bahkan tak tau mengapa dulu kita bisa sedekat itu.
Menghabiskan banyak hari dengan waktu singgahku yang terbatas.
Namun denganmu adalah alasan aku untuk kembali ke kota ini dengan sejuta pesonanya.
Tentang waktu.
Tentang tawa riang.
Tentang kamu dan senja dimana aku akan merengek jika mulai terdengar suara yang khas.
Bergeseknya roda dengan jalanan besi yang membuat siapapun akan tau. Ini adalah waktunya menunggu.
Menunggu untuk kedua kalinya diseberang jalanan itu.
Hanya karena manusia telah menciptakan yang kini disebut kereta api.

Wednesday, July 10, 2019

Jatisari

Sebuah pagi disini sama-sama dingin.
Yang berbeda adalah bunyi khas saat kayu dipotong dengan gergaji mesin adalah tanda dimana hari baru telah dimulai.
Dikejauhan kamu pun akan mendengar sayup-sayup suara klakson mobil angkutan umum mengantarkan penumpangnya berburu jam yang berlari mendekati tempat tujuannya masing-masing.
Beberapa burungpun akhirnya mulai keluar daei sarangnya dengan suara yang khas. Dibarengi dengan bunyi bertemunya rantai sepeda dengan gir para ibu-ibu dan beberapa anak perempuannya yang mulai berburu panganan khas pagi untuk asupan tenaga dipagi hari.
Ah kawan. Jika kau sehari saja benar-benar menyelami tempat ini. Ada rindu yang membekas untuk kapan akan kembali kesini.
Aroma daun salam yang dikombinasikan dengan aroma khas daun jati muda sebagai alas makan adalah pelengkap makanan pagi yang disini disebut "jenang kulub" merupakan penganan wajib untuk menghangatkan badan saat pagi masih terlalu dingin.
Aku yakin sesuap saja dengan sendok dari daun pisang ini akan membuatmu ketagihan. Hingga nyatanya kamu telah menghabiskan seporsi sarapan yang begitu menghangatkan ini.
Masihkan kau berfikir ini bukan sebuah alasan untuk kembali merindukan.

Friday, July 5, 2019

Anonim anonym anonimyous ?

Ada kalanya kamu entah akan atau pernah, bertemu dengan seseorang yang membuat hatimu terguncang.
Rambut hitam dan elegannya.
Postur berdirinya yang anggun bagaikan bunga lily.
Auranya yang rapuh bagaikan ilusi atau mimpi.
Dan dia telah mencuri segenap posisi dihatimu. Bahkan dari jarak ratusan meter. Kamupun terpukau olehnya.
Dan dari kejuhan itu kamu hanya dapat memendam sebuah ungkapan "akankah dia hanya sebagai seseorang tanpa nama.."