Harus kutuliskan.
Suasana kafe yang tenang.
Lampu hias gaya klasik yang terang.
Aroma kopi yang khas.
Dibumbui suara pertemuan antara logam dan keramik.
Kamu duduk disamping jendela dengan pemandangan diluar yang sepi. Menyambut matahari yang telah tenggelam diperaduannya.
Terukir senyum pada wajahmu yang sedikit tersapu make up tipis nan menawan dengan pose menopang dagu membuat kehangatan malam itu lebih tentram.
Dikejauhan terdengar sebuah lagu diputar dengan lirik yang familiar. Membuat sosokmu terpatri dalam kalbu yang memandangnya.
Kursi didepanmu masih kosong.
Seakan menanti seseorang yang akan datang.
Sesekali terlihat kamu menikmati aroma dan rasa kopi pesananmu.
Tak lama seorang laki-laki datang. Merubah senyum manismu menjadi tawa kecil nan anggun.
Membuat siapapun tak akan lupa bahwa kebesaran Tuhan adalah menciptakan makhluknya paling sempurna.
Cukup lama obrolan kecil yang dihiasi senyum dan tawa anggun itu disana. Seketika itupula obrolan dan tawa itu berubah. Menjadi diam yang panjang. Menatap dalam mata lelaki itu dengan senyum yang seperti tak pernah lelah. Lelaki itu bernyanyi. Lirik familiar ditemani dengan petikan gitar akustik yang menawan. Sekan melengkapi senyum indahmu malam itu.
Sejenak kamu lupa kopi dan cemilan pesananmu mulai dingin.
Namun kamu dan senyummu masih saja menghangat.
Matamu berbinar senyummu masih saja ada.
Jantung berdegub semakin kencang saat lirik sampai pada bagian reff. Hingga lagupun berakhir.
"Romantis" katamu pendek.
Satu kata yang membuka obrolan baru. Dan kini mereka lebih dekat dari sebelumnya.
Senyummu makin indah saat lelaki itu mencium tanganmu. Tawa pecah diantara mereka berdua.
Lantas bagaimana aku begitu paham suasana saat itu?
Tak usah kalian tau.
Aku hanya penikmat FIKSI yang kini harus berlalu pergi. Karena tak pernah berada disisi.
No comments:
Post a Comment