Apakah ini?
Perasaan hangat dihatiku.
Seperti mentari pagi dan langit cerahnya itu.
Suara pagi yang khas, dan aroma pagi yang kental itu.
Perjalanan waktu tak pernah mau menunggu.
Dari pada bertatap muka. Ini seperti kedekatan yang lama dan saling dirindukan.
Mengusir rasa dingin yang menusuk kulit.
Mendatangkan kehangatan yang menentramkan.
Lihatlah, masihkah kamu menatap mentari yang sama.
Masihkah disana pagi yang sama.
Ataukah senja yang kau lihat disana.
Dipojok dunia antah berantah ini, aku tersenyum. Berharap diseberang sana kau pun tersenyum padaku.
Aku tau kau berada ditempat yang jauh itu.
Namun, apakah hanya jarak yang memisahkanku?
Aku takut. Dunia bukan hanya memisahkan jarak.
Seharusnya aku tak berfikir hal terburuk itu.
Tapi seperti biasa. Takdirku nyatanya belum pernah semanis itu.
Setidaknya disini sekali kali ijinkan aku berterimaksih. Karena Tuhan telah menciptakanmu sebagai alasan bahwa kalimatku tidak pernah jauh-jauh darimu.
Total Pengunjung
Sunday, May 24, 2020
Tuesday, May 12, 2020
Getir
Ada beberapa hal yang dapat mengubah hobi seseorang.
Dan jika kamu sampai pada berbagai hal yang bahkan tak pernah kamu lakukan, tapi ada perasaan bahagia disana saat kamu menirunya. Maka disanalah perasaanmu mulai tumbuh.
Hal hal yang tak datang itu mulai menjadi kebiasaanmu yang kamu sukai.
Semakin rutin kamu semakin menyelami.
Hal hal itu membuatmu bertahan.
Dari pahitnya kenyataan.
Dari pilunya kisah yang kamu jalani.
Dari getirnya dunia karena terbatas oleh kemampuan.
Maka disanalah sebuah keputusan harus diambil.
Karena jika bertahan sudah tak mungkin lagi.
Karena jika berjuang telah sampai pada batas akhir.
Disanalah kamu harus menata ulang semua naskah yang sudah biasa kamu perankan.
Atau memilih berhenti dan mengambil semua hikmah.
Meski perih itu tak pernah tergambarkan dalam mimpi mimpimu.
Meski ketidak mungkinan sudah didepan mata saat mimpi itu tak dapat terwujudkan.
Maka satu-satunya pilihan adalah berjalan dalam kubangan sekali lagi.
Hadapi kenyataan. Sambung lagi kehidupan.
Buat dirimu sampai pada batas akhir lagi.
Dan tanamkan syukur dalam diri.
Karena Tuhan tak pernah lelah memberi semua rahmat-Nya.
Dan jika kamu sampai pada berbagai hal yang bahkan tak pernah kamu lakukan, tapi ada perasaan bahagia disana saat kamu menirunya. Maka disanalah perasaanmu mulai tumbuh.
Hal hal yang tak datang itu mulai menjadi kebiasaanmu yang kamu sukai.
Semakin rutin kamu semakin menyelami.
Hal hal itu membuatmu bertahan.
Dari pahitnya kenyataan.
Dari pilunya kisah yang kamu jalani.
Dari getirnya dunia karena terbatas oleh kemampuan.
Maka disanalah sebuah keputusan harus diambil.
Karena jika bertahan sudah tak mungkin lagi.
Karena jika berjuang telah sampai pada batas akhir.
Disanalah kamu harus menata ulang semua naskah yang sudah biasa kamu perankan.
Atau memilih berhenti dan mengambil semua hikmah.
Meski perih itu tak pernah tergambarkan dalam mimpi mimpimu.
Meski ketidak mungkinan sudah didepan mata saat mimpi itu tak dapat terwujudkan.
Maka satu-satunya pilihan adalah berjalan dalam kubangan sekali lagi.
Hadapi kenyataan. Sambung lagi kehidupan.
Buat dirimu sampai pada batas akhir lagi.
Dan tanamkan syukur dalam diri.
Karena Tuhan tak pernah lelah memberi semua rahmat-Nya.
Tuesday, May 5, 2020
Appropriate
Disana kamu melintasi jalan yang bahkan tak pernah aku tau.
Disana kamu tersenyum pada mentari setelah lama bersembunyi oleh awan putih tebal itu.
Disana kamu melangkah dan mencoba menggariskan masa depanmu yang cerah.
Disana kamu duduk sendirian beralaskan rumput yang berhiaskan pohon rindang yang bahkan tak tau aku nama jenisnya.
Itukah kehidupanmu disana?
Itukah keseharianmu disana?
Itukah kisahmu disana?
Aku bahkan hanya dapat menerka-nerka bagaimana rasa udara yang kau hirup.
Dengan setumpuk fiksi dan ratusan imajinasi.
Mungkin jalanan itu adalah tempat dimana kamu meninggalkan jejak.
Mungkin senyuman itu bukanlah untuk mentari. Mungkin langkah itu adalah dimana kamu sejenak berhenti dari kesibukanmu.
Dan mungkin dibawah pohon yang berjejer apik itu sebenarnya kamu menunggu.
Tentang bagaimana kamu.
Dan tentang seperti apa kamu.
Adalah hasilku menerjemahkan kamu. Dari galeri yang berisi setumpuk momen tentangmu.
Dan entah siapa yang kamu lihat selama ini disana.
Di tempat antah berantah, yang bahkan aku hanya mengetahui namanya, tanpa pernah terbayang bagaimana aku bisa disana. Dan seperti apa jalan yang harus ku lewati.
Agar sampai pada tempat yang selama ini kau lihat.
Dari seseorang yang bahkan terlalu lama kau lupakan.
Yang akhirnya "Pantas" adalah kata paling pahit dalam kata "nyata".
Disana kamu tersenyum pada mentari setelah lama bersembunyi oleh awan putih tebal itu.
Disana kamu melangkah dan mencoba menggariskan masa depanmu yang cerah.
Disana kamu duduk sendirian beralaskan rumput yang berhiaskan pohon rindang yang bahkan tak tau aku nama jenisnya.
Itukah kehidupanmu disana?
Itukah keseharianmu disana?
Itukah kisahmu disana?
Aku bahkan hanya dapat menerka-nerka bagaimana rasa udara yang kau hirup.
Dengan setumpuk fiksi dan ratusan imajinasi.
Mungkin jalanan itu adalah tempat dimana kamu meninggalkan jejak.
Mungkin senyuman itu bukanlah untuk mentari. Mungkin langkah itu adalah dimana kamu sejenak berhenti dari kesibukanmu.
Dan mungkin dibawah pohon yang berjejer apik itu sebenarnya kamu menunggu.
Tentang bagaimana kamu.
Dan tentang seperti apa kamu.
Adalah hasilku menerjemahkan kamu. Dari galeri yang berisi setumpuk momen tentangmu.
Dan entah siapa yang kamu lihat selama ini disana.
Di tempat antah berantah, yang bahkan aku hanya mengetahui namanya, tanpa pernah terbayang bagaimana aku bisa disana. Dan seperti apa jalan yang harus ku lewati.
Agar sampai pada tempat yang selama ini kau lihat.
Dari seseorang yang bahkan terlalu lama kau lupakan.
Yang akhirnya "Pantas" adalah kata paling pahit dalam kata "nyata".
Monday, May 4, 2020
Yang Tak Pernah Sampai
Aku pernah melihat patah hati yang kelabu
Aku pernah melihat sembilu yang suram
Dan aku pernah merasa pahit saat hujan adalah pertanda hari akan berganti.
Jauh disana ada yang memandang jauh kedepan cakrawala.
Entah merindu atau hanya sekedar mengihibur dari waktu yang mengikat
Menatap kejauhan seakan begitu mendamba.
Tergambar waktu yang tak pernah memihak.
Matahari mulai pergi berpindah untuk membawa hari yang baru dibalik bayangan sana.
Dan disini dalam gelap yang pekat membawa pilunya rindu datang menghampiri.
Membawa kabar yang dinanti ternyata telah lebih jauh dari bayangannya selama ini.
Ada ucap syukur disana yang dibarengi pahit yang perih.
Ada hal-hal diluar ekspektasi yang bahkan lebih nyata dari kenyataan itu.
Ada harap yang meratap.
Ada pilu yang menyekat.
Karena kenyataan tak pernah memihak.
Maka biarlah harap dan pilu itu menjadi pengobat rindu.
Yang harus hilang ditelan hujan.
Dan pergi ke samudra pilu hingga kita lupa semua yang dibawa hujan bermuara dilautan yang biru karena tumpukan rindu yang tak pernah sampai pada kata temu.
Aku pernah melihat sembilu yang suram
Dan aku pernah merasa pahit saat hujan adalah pertanda hari akan berganti.
Jauh disana ada yang memandang jauh kedepan cakrawala.
Entah merindu atau hanya sekedar mengihibur dari waktu yang mengikat
Menatap kejauhan seakan begitu mendamba.
Tergambar waktu yang tak pernah memihak.
Matahari mulai pergi berpindah untuk membawa hari yang baru dibalik bayangan sana.
Dan disini dalam gelap yang pekat membawa pilunya rindu datang menghampiri.
Membawa kabar yang dinanti ternyata telah lebih jauh dari bayangannya selama ini.
Ada ucap syukur disana yang dibarengi pahit yang perih.
Ada hal-hal diluar ekspektasi yang bahkan lebih nyata dari kenyataan itu.
Ada harap yang meratap.
Ada pilu yang menyekat.
Karena kenyataan tak pernah memihak.
Maka biarlah harap dan pilu itu menjadi pengobat rindu.
Yang harus hilang ditelan hujan.
Dan pergi ke samudra pilu hingga kita lupa semua yang dibawa hujan bermuara dilautan yang biru karena tumpukan rindu yang tak pernah sampai pada kata temu.
Subscribe to:
Posts (Atom)