Total Pengunjung

Monday, May 17, 2021

01101001011016M210100110

 Yang menjadikan sebuah momen sepesial adalah bukan ketika kita dapat menangkap banyak moment bersama sangat banyak. Tapi saat satu moment diabadikan cukup satu dan paling banyak dua.

Selanjutnya adalah biarkan waktu yang bekerja. Jangan hanya mencaci waktu saat dia datang terlambat atau datang diwaktu yang tidak tepat.
Maka sekali itu saja ajak dia menjadi sahabatmu. Saat sebuah momen tertangkap dalam ingatan. Usahakan jangan sampai terlupa.
Simpan baik baik dan biarkan waktu yang merubahnya menjadi sesuatu yang istimewa.
Dan malam ini waktu telah membawaku pada titik dimana kita yang bahkan mungkin belum pernah "dekat" dan terlihat berdua sepertinya telah membawaku pada rasa rindu.
Dalam kalimatku nyatanya bimbang apakah harus menyebut kita atau hanya aku. Karena aku sendiri tak yakin. Aku dan kamu telah menjadi kita. Obrolan kita hanya sebatas saling tukar kalimat yang tertulis. Dan awal obrolan kita yang telah bertahun lalu masihkah kamu mengingatnya. Saat aku hendak memilih kata kita nyatanya aku tak saanggup. Aku takut terlalu memaksakan kehendak. Maka lebih baik kupilih aku saja. Biarlah aku terlihat terlalu mendamba. Jika itu tentangmu aku tak apa.
Aku pernah merasakan dekat denganmu. Dan itu tak bisa aku bilang lama. Justru lebih lama lagi saat kita berdiam diri disudut dunia bawah langit yang sama. Menatap layar ponsel. Dan entah hanya aku ataukah kamu pun begitu, notifikasi pesan darimu adalah kebahagiaan tersendiri.
Dan hari ini. Sampai aku menuliskan kalimat ini untukmu apakah kamu pun masih ingat bagaimana ribuan bahkan jutaan kalimat kita yang tuliskan tiap harinya. Sampai akhir kalimat darimu yang menuliskan "hanya sebatas itu" membuatku bertanya pada diriku sendiri. Apakah ini akhir dimana aku harus berhenti dan sadar diri. Bahwa aku hanya antah berantah untukmu yang makin tinggi bersama mimpi-mimpimu yang kini kamu genggam. R



When It All strarted

 Senja ini hujan turun lagi.

Mengiringi malam yang mulai datang.
Pekatnya sejalan dengan dinginnya yang menusuk kalbu.
Rintiknya deras dan makin lebat. Membuat jalanan lengang dan dibeberapa sudut menggenang.
Aku menghela nafas panjang.
Berfikir seakan waktu mengurungku disini.
Dengan dingin yang menerobos pilu dihatiku.
Seakan membekukan seluruh perasaan.
Mengkristalkan semua angan.
Dan memadatkan segenap harapan.
Bahwa kalimat ini harus sampai. Padamu.
Dari pertemuan kita kala itu.
Masihkah kau ingat sosok ini yang masih saja mendamba.
Untuk suatu saat nanti aku dan kamu dapat menjadi kita.


Monday, May 10, 2021

Which Should

 Didepanmu atau saat bersamamu aku sama sekali tidak ingin terlihat begitu mendamba.

Didepanmu kubuat komunikasi kita apa adanya.
Meski kita pernah dekat.
Namun itu kubuat hanya memang karena kita telah mengenal akrab cukup lama.
Bahkan sebelum rasa itu ada kita pernah dekat dan aku takut jika rasa ini terlihat olehmu kedekatan kita akan berubah.
Mungkin dulu obrolan kecil kita hanya kau jawab sekenanya dan kadang terkesan bercanda.
Tak ada sama sekali secuil pintas untuk membuat kita saling baper atau apapun yang mengisyaratkan supaya kedekatan kita tak hanya dekat.
Kita memang telah terpisah oleh waktu dan jarak yang keduanya tak bisa dianggap dekat dan sebentar.
Tapi nyatanya selama dan sejauh ini aku masih bisa menjelaskan detail kecil tentang apa saja yang pernah kita bicarakan dulu. Yang bahkan aku tau kamu sendiri telah lupa. Bukan hanya tentang apa yang pernah kita bicarakan. Tapi mungkin juga sosokku ini.
Aku tau. Aku hanya lelaki yang tak bisa berterus terang dari awal.
Dan kamu tau memang aku akui itu tidak sekali dua kali.
Lalu. Sekarang dititik ini aku paham. Mungkin diluar sana juga banyak laki-laki yang sebenarnya menyukaimu. Dan berakhir sepertiku yang jika beruntung akan kau anggap sebagai sekedar teman. Atau bahkan lebih miris. Sebagai orang yang hanya sekedar pernah kau kenal.
Kupasrahkan padamu Tuhan. Jika memang dia tak merasakan bahagia yang sama dengan apa yang ku rasa. Aku rela mengubur dalam dalam perasaan ini dan kembali menjalani takdirmu. Sebagai pengagum yang tak bisa memiliki

 

Sunday, May 9, 2021

Exaggerated

 


Kamu tau. Kamu cantik.
Dengan tubuh propolsional dan rambut hitam legam nan panjang.
Kamu tau. Mukamu bercahaya oleh sesuatu.
Kecerdasan berfikir. Kedewasaan. Dan penjelmaan positif atas semua pengalaman hidupmu.
Serta tahukah kamu. Matamu misterius. Dan semua yang melihatmu pasti setuju bahwa kategori  idaman adalah tentangmu.
Jangankan ribuan kalimat. Bahkan jutaan pun masih tak cukup menggambarkan bagaimana bahagianya aku hanya dengan sekedar melihat senyummu.
Membayangkan kamu mau menatapku saja sudah cukup membuatku bahagia sepanjang hari.
Maaf jika kalimatku terlalu seimpulsif itu.
Mungkin salahku yang tak bisa menahan diri untuk tidak berlebihan jika itu tentangmu.

Saturday, May 8, 2021

Cold Night

 Aku tak melupakanmu

Hanya untuk meyapamu saja aku merasa canggung
Tentangmu yang masih saja sebatas angan
Tentangmu yang masih saja sebatas harapan
Setiap malam aku memandang bulan dilangit. Entah terlihat atau tidak aku selalu berharap kita melihat langit yang sama.
Membayangkannya saja aku sudah bahagia.
Apalagi jika memang benar diluar sana kamu benar benar menatap langit yang sama.
Ah drama. Kataku dalam hati.
Mungkin benar malam adalah waktu merenung.
Meski dalam kenyataan saat aku memberanikan diri untuk sekedar menegurmu. Dengan pertanyaan remeh temeh tepat beberapa lengkah disampingmu. Kamu hanya akan menyeringai datar. Dengan tambahan senyum tipis yang bahkan sangat tipis hampir tak terlihat olehku.
Tapi. Tidak tahukah kamu entah berapa lama aku menunggu agar keberanian untuk menyapamu itu hadir.
Entah berapa lama aku meneguhkan hati hanya untuk mengeluarkan suara dan raut muka yang setegang ini. Membujuk hatiku sepanjang minggu agar berani menegur gadis yang sungguh mempesona sepertimu.
Bahkan terkadang aku rela menunggu berjam jam hanya untuk memastikan hari ini aku dapat melihatmu ditempat ini.
Dan hari itu tanggapan datar dan tipis darimu membuatku menarik nafas pelan. Tersenyum canggung. Lantas undur diri pelan-pelan. Menunduk. Dengan pilu dan getir serta perasaan yang hancur. Mengapa aku harus menyapamu hari itu.

Thursday, May 6, 2021

Falling Leaves

 Perempuan dari esok hari.

Yang dipertemukan karena waktu dan aku harus mundur karena waktu pula.
Bahkan sebelum aku benar mengenalmu nyatanya kamu adalah yang aku harapkan.
Sekarang ketika aku kembali diingatkan waktu bisa jadi diujung harapan itu kami tak pernah menganggapku lebih dari seorang yang tertelan waktu dan menjauh dari alur waktu milikmu.
Biarlah. Waktu mau mengejek atau bahkan mencela.
Dan jika memang waktu menginginkanku luruh ke bumi seperti sehelai daun yang harus jatuh.
Maka aku tak akan pernah membenci angin meski aku harus terenggut dari tangkai pohonnya.
Meski sebenarnya harapan terakhirku adalah semoga dapat jatuh tepat disebelahmu.


Wednesday, May 5, 2021

Be With You

 


Aku mungkin tak ingat.
Tapi sepertinya aku tak bisa benar benar lupa.
Aku khawatir ingatanku tentangmu hanya sebatas angan yang terlalu tinggi.
Aku memikirkanmu hanya sebatas pengagum diluar sana yang bahkan entah pernah benar-benar kau lihat atau tidak.
Sulit dipercaya memang jika rasa ini adalah untukmu.
Entah berapa kali kuungkapkan nyatanya masih saja kau acuh bahkan menganggapnya angin lalu.
Tidakkah kau penasaran. Jika berkali kunyatakan bahwa engkau adalah inspirasi bait-baitku yang berkali-kali kutulis.
Perlukah aku bercerita tentang bagaimana bisa bertahan selama ini.
Perlukah kutuliskan lagi kalimat-kalimat yang menyatakan bahwa itu adalah kamu.
Aku masih ingat saat kita pertama kali saling sapa.
Kita kebetulan ditempat yang sama. Entah disadari atau tidak nyatanya kita telah saling kenal lama sebelum aku sadar sapaan darimu sangat berarti waktu itu.
Kamu adalah seseorang yang periang.
Adanya kamu disana membuat suasana selalu lebih cerah.
Tidak. Aku tidak terlalu memuji.
Hanya saja tentangmu dari sudut pandangku adalah kesempurnaan yang telah Tuhan ciptakan.
Dan jika kamu bertanya dimana aku saat itu. Mungkin aku lebih sebagai peran figuran yang ada hanya sebagai pelengkap hari.
Bicara denganmu saat itu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri.
"Aku menyukaimu"
Entah berawal dari mana. Yang ku tau saat itu hanya tanpamu aku pilu.

Tuesday, May 4, 2021

Kata Sanskerta

 Ada banyak kata dalam ribuan bahasa.

Tersusun rapi dalam benak penulisnya.

Aku ingat disana dan masih tetap lekat.
Sosok penuh wibawa dengan berjuta pengetahuan yang dipunya.
Tak salah kini aku memanggilmu Amreta Tisna.
Sebagai sumber mata air yang mendatangkan ilmu pengetahuan.
Membuatku mengenal kata dan matematika.

Aku ingat disana dan masih saja ada.
Tentangmu yang membuatku berani bermimpi.
Menjamah belantara kehidupan dan menentukan jalanku sendiri.
Maka aku memanggilmu Sembagi Arutala.
Cita-cita rembulan yang tak pernah lelah menjadi pelita dikegelapan malam.

Aku ingat disana dan masih selalu ku kagumi.
Seseorang yang berwawasan luas dan tak pernah lelah membagikan ilmunya kepada sesama.
Mereka memanggilmu samudra ilmu
Jadi aku mengingatmu sebagai Ernama Saraswati.
Begitu dalam dan tak pernah habis.

Dan sekali lagi, aku sangat ingat disana.
Masih sebagai panutan yang pandai.
Teladan yang cerdas.
Bersinar namun tetap rendah hati.
Guruku.
Drestanta Tiyasa.