Total Pengunjung

Monday, August 2, 2021

Proletar

 Aku sadar. Aku hanya kaum proletar.

Yang bahkan untuk berpikir esok masih "ada".
Bagiku sendiri "esok" malah semakin jatuh pada keraguan.
Kadang aku berfikir. Aku mungkin sebenarnya tak tau diri.
Saat keinginan memuncak dan aku nekat membuka tirai antara proletar dan borjuis itu.
Namun kenyataannya itu sangat sulit.
Setidaknya terimalah terimakasih dariku ini.
Telah bersedia menjadi bagian dari inspirasi tulisan-tulisanku.
Terimakasih karena pernah mengenalmu aku tau cara bermimpi.
Terimakasih telah hadir dalam ingatanku.
Aku sangat bahagia saat dimana dulu kita pernah sedekat itu.
Aku yang dulu bahkan tak tau apa yang sebenarnya ingin kugapai esok hari.
Namun hari itu. Saat itu. Waktu itu.
Adalah satu-satunya momen dimana aku merasa ada disana dan memiliki arti bahwa aku ada.
Dan mungkin kamu bahkan tak tau betapa bahagianya itu bagiku.
Kamu pun mungkin tak tau pula.
Bahwa kamu adalah orang yang telah menyelamatkanku.
Dari kubangan pilu nan gelap serta sunyi.
Dimana aku hanya tau kesendirian yang dingin.
Tapi kamu disana menyapaku, menyelamatkanku dengan kebaikanmu. Kehangatan. Dan kenyamanan saat sapaan itu ada yang disambut dengan senyuman.
Perasaan itu sampai sekarang masih menyirami hatiku saat terlalu gersang.
Karena itu maaf. Aku tak bisa lupa.
Tapi aku sadar kamu adalah langit malam ini yang hanya dapat kupandang dari kejauhan.


No comments:

Post a Comment