Total Pengunjung

Saturday, March 23, 2024

Samudra

Kali ini malam datang.

Tidak seperti biasanya, meski biasanya ia sunyi dan pekat namun kali ini ia membawa awan mendung. Ternyata seperti yang kalian kira dalam sunyinya ia bercerita padaku.

"Aku harus mundur" katanya pendek dan lemah.

Mana mungkin malam bisa sepasrah itu. Dalam pikirku. Namun ia melanjutkan "ternyata bukan aku yang ia tunggu"

"Kami memang sedekat itu dan banyak yang mengira kamu akan bersatu, tapi nyatanya dia menatap jauh pada sosok yang lain. Sosok yang bahkan aku sangat mengenalnya. Dan yang aku tahu dia adalah satu satunya yang dapat menelan semua keburukan tanpa merubah dirinya seperti apa adanya. Dia sanggup menutupi kedalamannya yang bahkan tak dapat terukur hanya dengan satuan jarak yang orang-orang ketahui. Dia yang selalu kulihat terus berusaha menggapai namun pernah ku kira itu sia-sia. Dan kini ternyata apa yang dia harapkan telah mengharapkannya kembali."

Kawan lihat, bahkan malam yang tenang tak lagi tenang saat kenyataan membawanya pada jalannya takdir yang bahkan tidak pernah ia harapkan. Dan setelah malam bercerita banyak padaku, aku hanya bisa menepuk bahunya dan tak bisa berkata lagi. Ingin rasanya aku bertanya apakah aku mengenal yang ia maksudkan? Namun ku urungkan saja karena sepertinya aku sudah tahu, bukan malam yang rembulan tunggu untuk bersamanya, namun dia adalah yang setiap hari berharap ketika malam datang bersama rembulan maka dialah yang menyimpan dalam-dalam senyum bulan setiap waktu, sembari menyebut namanya pada Sang Pencipta. Lalu kalian menjawabnya dengan ...

No comments:

Post a Comment