Ini entah berapa kali sudah ku tuliskan lagi tentangmu.
Beberapa dari ini sepertinya memang mirip.
Namun rasa di dalamnya adalah sama.
Aku merasa tentangmu tak ada habisnya.
Meski kadang ia entah bersembunyi dimana.
Tapi dia tetap saja tertumpah di sini. Dalam deretan kata yang ku tuliskan dengan perasaan yang ku sembunyikan di dalamnya.
Aku masih saja ingat saat itu pertama kali ingatan tentangmu yang tak dapat kulupakan itu.
Disana penuh lalu-lalang mereka dengan kisahnya masing-masing.
Dan dari banyaknya kisah itu. Kisah tentang bagaimana aku dan kamu yang menjadi bagian disana.
Sebuah kisah yang sepertinya memang hanya menjadi bagian kisah dariku dan tak pernah ada dalam jalan kisah mu.
Cerita tak pernah berhenti di satu tokoh. Sebuah kisah terajut oleh banyak tokoh di dalamnya. Dan kadang ada kejutan-kejutan tak terduga. Bahkan tentang pilunya dan sesaknya akhir yang mengiris perasaan.
Seketika itu pula rasa gelisah pun menyerang.
Bukan hanya tokoh, namun juga pembaca.
Selewat beberapa klimaks yang epik, sangat sedikit konflik untuk menjadikan sebuah cerita menjadi ada.
Jarak antar cerita yang penuh harapan begitu jauh. Dan kisah memang kadang tak pernah bertemu di ujung persimpangan.
Rahasia waktu yang penuh misteri selalu membuat tokoh harus memilih, waktu yang yang berjalan lambat sebagai tokoh sampingan tak berharga dan terlupakan.
Waktu yang begitu cepat oleh tokoh utama yang dipuja pembaca.
Semuanya membuat kegelisahan tersendiri dalam kegundahan memikirkan akhir yang ingin segera diketahui.
Setelah berlembar-lembar halaman terakhir terbuka, tentu pembaca mulai khawatir.
Kilasan-kilasan cerita yang lalu mulai muncul dalam benak, tentu kegelisahan yang dirasakan akan semakin pekat. Bahkan lebih pekat dari peliknya sang tokoh dalam cerita.
Tapi waktu hanya dapat menahan tawa melihat wajah-wajah yang mulai tak sabar itu. Sungguh membahagiakan. Katanya dengan angkuh berkaca pinggang dan tawa yang pecah oleh sang waktu.
#bersambung...
No comments:
Post a Comment