Total Pengunjung

Thursday, December 31, 2020

December and January?

 


Pagi ini hujan turun.
Jatuh dibumi dan mengalir deras entah kemana.
Seperti kata-kata dikepalaku.
Mereka berebut untuk kutuliskan dengan jemariku.
Berbaris rapi menjadi kalimat.
Dan aku bahagia dia akan menjadi sajak.
Meski mungkin tidak sebagus kalimat mereka yang ahli.
Tapi aku tetap menulis.
Berharap akan sampai pada pembaca yang ku harapkan.

Dengan suara rintik hujan.
Dan aroma pagi yang khas.
Aku berharap.
Meski Desember akan segera pergi.
Namun Januari akan datang.
Aku jadi ingat sajakku tentang mereka.
"Saling berdekatan. Namun tidak sedekat itu." Desember selalu menatap Januari. Namun apakah akan sebaliknya. Hanya harapan yang tersisa. Jika Januari akan menunggu Desember. Kataku waktu itu.

Sekarang dalam rentang waktu satu tahun.
Dia kembali. Dengan harapan yang begitu dekat.
Namun nyatanya waktu telah membuatnya menanti.
Lebih lama.
Lebih bersabar.
Dan lebih mengiklaskan.
Karena waktu hanya bisa dijawab dengan waktu.
Seperti suatu saat nanti dan sekarang ini.

Friday, December 11, 2020

Tak Tersampaikan

 Tuhan.

Mengapa engkau datangkan padaku bayangan kekecewaan malam ini.
Saat aku mulai berani membuka hati.
Untuk rasa yang lama kututup rapat.
Tentangnya rasaku masih sama.
Dan kemarin rasanya semakin dekat.
Namun malam ini aku terjaga dari tidurku.
Yang membuatku berfikir untuk mundur kembali.
Karena aku paham siapalah aku.

Tentangmu masih saja terasa jauh dari jangkauan.
Semua pikiran kekalahanku pun datang.
Membuatku berfikir.
Apakah aku pantas untukmu.
Atau yang lebih realistis.
Adakah aku dalam hatimu.

Tuhan, haruskah aku mundur.
Kembali menutup rapat perasaan untuknya.
Inikah takdirmu untukku.
Inikah jalan yang kau buat untukku.
Dan jika memang karena Engkau aku harus menjauh.
Maka sekali lagi. Bisikkan padaku jawaban dariMu.
Salahkah aku mempunyai rasa untuknya.

Dari hambamu. Yang masih saja merasakan malam-malamnya penuh sunyi.
Dan rindu-rindunya yang tertumpuk dan masih saja tak tersampaikan.


Wednesday, December 9, 2020

SAlya

 Hari ini.

Aku bahagia.
Karena dapat menatapmu lama. Aku tak bosan. Justru makin bahagia.
Dan bahkan tentangmu adalah sosok yang selalu memberiku inspirasi.
Jarak kita tak bisa dibilang dekat. Namun pula tak jauh sebenarnya.
Banyak hal yang kuperhatikan disini.
Tentangmu yang aku kenal.
Tentangmu yang tertawa riang.
Satu hari dibawah atap yang sama.
Didalam ruangan yang sama.
Telah meluluhkan berbagai rindu tentangmu yang selama ini hanya sebatas angan.
Tingkahmu yang khas.
Sehias senyum yang tak ingin pernah hilang darimu.
Tawa renyah darimu yang bersahabat.
Lantas manakah lagi yang aku lewatkan.
Didekatmu aku bahagia.
Dalam kejauhan darimu aku pun bahagia.
Karena aku yakin. Bahwa Tuhan telah menciptakanmu untuk membawa kebahagiaan untukku hari ini.
Namun ada satu pertanyaan yang hanya bisa kusimpan.
Apakah kaupun bahagia hari ini seperti aku?

Lalu hujan membuat kita dekat.
Aku bersyukur kita dapat pulang bersama.
Sedikit memang obrolan kita. Dan aku yakin. Untuk lupa akan hari ini. Sungguh susah.
Karena senja dan hujan ini.
Telah menjadi kisah pertama kita berjalan dijalan yang sama. Menyusuri setapak yang sama.
Diiringi riak dan tampias hujan dibawah langit yang sama.
Kamu tau inilah ingatan hari ini yang akan selalu kusimpan dengan baik.
Adalah mengantarmu pulang dan tak ada yang lebih membahagiakan dari itu. Lantas dihiasi perasaan. Aku ingin bersamamu lagi esok hari.


Wednesday, December 2, 2020

a piece of a dream

 Semalam aku bermimpi tentangmu.

Tak banyak kata yang kuingat.
Disana masih seperti kamu yang kukenal.
Tempat yang kita kunjungi pun familiar.
Bukan tempat yang istimewa.
Hanya saja, denganmu aku bahagia.
Yang kuingat semalam adalah senyummu.
Begitu khas dan sepertinya akan lama terbayang dalam benakku.
Mimpi yang singkat itu terasa lama.
Tentang bagaimana kedekatan kita.
Tentang seperti apa perasaan kita.
Dan tentang sebuah momen ketika aku merasa kita telah memiliki perasaan yang sama.
Perasaan bahagia bersamamu yang bahkan masih terbawa sampai aku terbangun.
Meski tak lama.
Karena aku tau.
Dalam kenyataan ini.
Aku tak lebih dari bagian yang hinggap dipikiranmu.
Tapi tidak untuk hatimu.
Namun setidaknya aku tau, 2 Desember ini Tuhan memberiku hadiah perasaan bahagia untuk dekat denganmu meski hanya lewat sepotong mimpi.



Sunday, November 29, 2020

The Dreamer

 Mimpimu itu kini telah menapaki jejak yang baru.

Mimpi yang kamu perjuangkan itu telah mulai tercapai.
Banyak hal yang sebelumnya hanya angan, kini mulai kamu lihat dengan jelas, secara nyata dan fiksi-fiksi yang kamu lihat dulu, kini telah berubah menjadi fakta-fakta penuh warna.

Disini aku hanya dapat membayangkan bagaimana tentangmu disana.
Dalam jarak yang begitu jauh.
Dibawah langit yang sama. Namun dipojok dunia yang berjarak.
Entah mengapa sepertinya malam ini aku melihat.
Kamu berjalan dibawah langit dibawah cahaya rembulan yang menerangi.
Berselimut udara dingin.
Yang sepertinya lebih dingin dari malamku disini.
Yang ditemani hujan.

Sore ini aku sedikit melihat apa yang kamu lihat.
Barisan rumah yang khas.
Sedikit mendung memang.
Namun entah mengapa aku merasa dekat.
Meski tak bisa kupungkiri. Rasa kejauhan itu tetap mengiringi.
Namun hati ini kuat.
Walaupun sepertinya aku yang masih saja menampakkan kelemahan. Tapi saat aku menerima barisan kata darimu. Aku merasa dikuatkan.

Tak salah memang.
Terkadang airmata bercucuran saat aku ingin menggapai tempat sebagaimana kamu yang kini benar-benar diluar bayanganku.

Entah kapan aku masih saja berharap.
Entah masih jauh apakah sudah dekat. Jarak antara aku dan tetangmu.
Masih pantaskah aku berlari mendekat.
Ataukah tentangmu hanya bisa kudekati sebagai kekaguman semata.
Masih bolehkah aku berlari dibelakangmu.
Mengikuti jejakmu yang nyatanya masih membuatku selalu bahagia.
Seakan merasakan apa yang membuatmu tersenyum bahagia pula.

Tapi tetap saja. Diujung tulisanku ini.
Aku ingin bertanya pada diriku sendiri.
Setelah mimpimu tercapai. Masihkah kamu mengingatku? yang bahkan untuk bermimpi sepertimu aku masih tak tau seperti apa jalanku.


Monday, November 16, 2020

Tak Apa

 Aku tak apa.

Sudah terbiasa.
Dalam sunyi dan sepi.
Aku paham betul.
Siapa aku atau bagaimana aku.
Yang masih saja jauh dari anganmu..
Menunggu dan menanti.
Aku sudah terbiasa.
Tak apa.
り 



Sunday, November 15, 2020

A Little Forget

 Aku sedikit lupa. Entah itu pagi atau senja.

Yang aku ingat adalah kala angin menggeraikan rambutmu yang panjang dan lurus.

Aku sedikit lupa. Entah itu kopi atau coklat.
Yang aku ingat adalah seuntai senyum dari mu yang menghangatkan dan meneduhkan.

Aku sedikit lupa. Entah itu sajak atau bait.
Yang aku ingat adalah bunyi suaramu saat memecahkan kesunyian yang khas dan unik.

Aku sedikit lupa. Entah itu hujan atau gerimis.
Yang aku ingat adalah saat malam datang dan kudengarkan lantunan kalam suci darimu dari kejauhan.

Dan entah aku benar-benar lupa atau kamu tak pernah tau.
Karena yang kuingat hanyalah rindu tentangmu masih saja kusimpan, entah akan sedikit lupa atau kamu yang tak pernah mau tau.


Wednesday, November 11, 2020

Classic Again..

 

Aku tau aku harus menahan
Untuk tak merindukan dirimu lagi
Aku akan melepaskanmu
Aku siap untuk melupakan segalanya.
Aku siap untuk menjauh
Biarlah tentangmu mulai memudar
Aku tau aku tak sanggup
Aku rela terluka
Saat memikirkan tentangmu yang dulu
Dan kenyataan yang aku sebut kini.
Aku tau kamu akan pergi menjauh
Aku sadar dengan diriku sekarang
Sejujurnya semakin aku berusaha melupakanmu
Aku jadi lebih mengingatmu
Memikirkan bahwa rindu-rinduku tak pernah kau balas
Namun anganku menolak. Kini semua rinduku berubah menjadi fiksi.
Yang ada karena tak pernah ada.
Ingin dilupakan.
Tapi tentangmu adalah kenyataan dalam imajiku sendiri.
Haruskah aku benar-benar melupakan rindu-rinduku itu.
Membuatnya pudar seiring waktu.
Tapi aku tak siap dengan deritanya.
Rindu itu sudah menjadi milikmu.
Sejak kita pertama tak lagi ada kata temu.
Dan aku putuskan untuk selalu merindumu.
Saat aku memikirkan bagaimana kita dimasa itu.


Barnum Effect (Classic Again...)

 Barnum efek. Adalah kejadian dimana kita merasa aneh. Saat kisah kita dan kisah yang kita baca, dengar dan lihat adalah serupa. 

Meski disana kita dapat memilih alur yang dirasa paling terbaik dalam perjalanannya nanti. Entah itu kepedihan atau kebahagiaan sebagai bumbu dalam kisahnya. Teori itu mengajariku bahwa apa yang dituliskan sekarang akan dibaca kemudian dituliskan lagi sebagai kisah yang berbeda.
Namun satu yang pasti. Tokoh didalam kisah itu tak ingin berakhir sama dengan kisah lainnya.
Meski perjalanan akhir sebuah kisah tak pernah tau apa yang akan terjadi. Maka sebagai tokoh utama dalam cerita, berusahalah dan terus mencoba dengan caramu sendiri. Supaya diakhir nanti kamu tau bahwa telah membuat pilihan yang benar.


Classic Again....

 

Aku masih mencoba menuliskanmu dalam kata.
Mungkin masih belum sebagus mereka.
Namun, aku ingin menuliskan bait ini untukmu.
Tolong baca ya.

"Rindu datang bersama angin.
Membawa banyak kisah yang ingin kuceritakan.
Saat pertama kujumpa denganmu.
Segalanya menjadi lebih indah.
Aku percaya. Kita bertemu karena takdir Tuhan
Apakah kamu berfikir sama
Perasaan kita menyatu
Inilah rindu kita yang abadi
Dan aku ingin menjadi seseorang yang kau rindukan."


Classic Again

 

Aku merindukanmu.
Sangat rindu sampai hatiku banjir oleh kata-kata yang berbaris rapi menjadi kalimat untukmu.
Sampaikan salamku kepada ujung jalan dimana aku selalu menunggu. Dan tersenyum karena kamu selalu disana. Katakan. Terimakasih aku senang disana disudut dunia antah berantah itu. Aku pernah bahagia. Aku disini baik-baik saja meski rindu ini kian berat.

Aku iri pada mentari. Karena bisa membangunkanmu ditiap pagimu.
Aku iri pada air. Yang bisa mengecupmu tiap hari.
Tiap menatap keluar jendela.
Dan melihat ranting yang menari dihembus angin.
Ingatlah bahwa orang yang kau rindu juga merindukanmu.

Dedaunan kini telah kuncup kembali. Salju di dahan dan rantingnya mulai mencair. Kawanan tupai mulai keluar dari sarangnya.
Namun. Rindu tentangmu. Masih menggunung ditutup salju abadi.
Masihkah kau mengingatku?

Dimalam panjang nan sepi. Pejamkan matamu dengarkan suara malam. Kau akan mendengar sajak rinduku dalam mimpimu.


Classic Again 2020

 "Hey. Apa kabar? Aku sangat merindukanmu.

Disini sering hujan. Bagaimana disana?"

Kalian tau. Semua orang punya kisah cinta sendiri yang ditaruh didalam kotak kenangan. Disimpan disudut lemari. Atau terkadang terkunci rapat dalam hati. Namun ada yang menunggu pula untuk menguap di udara. Terbawa awan dan berharap jatuh sebagai hujan tepat ditempatnya.

Teori Probabilitas.

Mereka menyebutnya itu.
Sebuah peristiwa yang paling tidak mungkin sebenarnya bisa terjadi.
Probabilitas suatu peristiwa adalah angka yang menunjukkan betapa mungkinnya sebuah peristiwa acak akan terjadi. Probabilitas dari setiap peristiwa apapun sama dengan rasio peristiwa fokus kita. Namun bisa terjadi atau tidak sumua adalah kehendak Yang Maha Kuasa.

Maka,
Untukmu yang kurindu. Saat aku menulis barisan kalimat ini, senja yang menguning berhias pelangi tepat dihadapanku. Angin semilir senja berhembus lembut. Jadi kusertakan saja kedalam rinduku disini untukmu bersama kata-kataku dalam sajak ini. Semoga angin rindu dariku membuatmu bahagia.

Meski aku paham. Aku memang tak tahu apakah dalam do'amu itu ada namaku. Seperti dalam setiap sujudku aku sengaja kuselipkan namamu. Semoga Tuhan tak cemburu dengan caraku.
Dan jika memang tidak pernah ada. Tak apa. Rinduku tetap untukmu.

Terkadang aku sedih saat membayangkan rinduku tak pernah kau balas. Atau bahkan aku yang merasa kamu terlalu jauh dari jangkauan.
Ada banyak hal yang ingin kuceritakan padamu.
Namun setidaknya kalimat dalan sajak ini memberiku peluang untuk bicara denganmu. Meski masih saja sebatas angan. Karena nyatanya saat didepanmu. Bahkan untuk berkata saja sulit.

Namun,
Entah mengapa. Disini, hanya dengan melihat angan tentangmu. Kata-kata tak ada henti-hentinya mengalir menjadi barisan kalimat. Tuhan memang Maha Asyik.
Terimakasih Tuhan karena Engkau Yang Maha Pencipta, aku bisa menuliskan sajak ini untuk yang kurindu.
saat matahari bersinar dipagi hari, aku memikirkanmu.
Saat bulan berkilau dimalam hari, aku memikirkanmu.

Kamu tau. Bahkan setelah hari berganti. Bulan kembali. Dan tahun terlewati. Perasaan itu masih ada. Dan belum berubah. Masih terasa indah dan berharga dalam hatiku. Kenangan tentangmu seseorang yang pernah kukenal. Meskipun kita terpisah. Dan telah usang karena waktu. Aku masih ingat segalanya. Senyum hangat itu. Tawa renyah itu. Dan hal-hal yang tak dapat kutuliskan. Aku bisa melihatnya dimatamu. Sejak saat itu, hatiku tak perlu alasan apapun lagi. Rasa tentangmu itu nyata. Rindu untukmu itu masih ada. Ingatkah kamu hari itu?. Meski tanpa kata apakah yang kupahami itu sama denganmu?

Maafkan aku. Jika yang kupahami itu salah. Selain merindukanmu aku tak pandai dalam hal apapun.


Friday, November 6, 2020

The Goverment

 Kami tinggal disebuah titik dibumi. Disudut antah berantah dari sebuah tempat yang disebut "kaya" oleh pemimpinnya.

Mereka bangga karena tanpa pendingin ruangan tetap bisa dibilang dingin.
Kami memiliki pemimpin dari tingkat kota sampai tingkat RT. Hanya peduli dengan perut dan kerabat sendiri.
Jalan yang kami lalui sudah tak layak disebut jalan raya.
Lebih mirip danau dari pada sebuah jalan.
Setahun dua tahun. Bahkan sampai berpuluh tahun jalanan itu tetap diam.
Remuk dimakan waktu.
Hancur bercampur debu.
Tergenang. Bukan terkenang. Karena hujan.
Miris tiap kali kami melintas.
Kemana sebenarnya pajak yang kami bayarkan tiap tahun.
Mana yang disebut kaya!
Mana yang disebut makmur!
Kalian hanya melihat diproperti kalian sendiri!
Memoles lumbung kalian masing masing. Tanpa peduli kami yang disini menanti.
Namun semuanya berbalik ditempat kami.
Berbulan-bulan pandemi mulai mencekik.
Yang "kaya" mau dianggap miskin!!
Yang benar-benar miskin hanya bisa diam dan berbisik "Tuhan Maha Welas".
Karena takut status sosial mereka ditempat kami adalah yang tak digunakan saran dan suaranya.
Pilu memang.
Namun sekali lagi. Pemimpin kami bilang daerah ini adalah "kaya".
Bahkan untuk sekedar memberi saja mereka lebih memilih kerabat dekat mereka masing-masing.
Masihkah ini jaman Nepotisme?
Masihkah ini jaman kerajaan?
Sudahlah sudah..!!
Mungkin benar diantara kami ada yang berteriak lantang bahwa disini bukan pemimpin yang disibukkan oleh rakyatnya, namun rakyat yang disibukkan oleh tingkah polah pemimpinnya.
Lihat saja. "Pembagian" ditempat kami.
Yang "mendapat" hanya mereka yang dekat dengan pemerintahan.
Lantas bagaimana dengan yang jauh?
Mereka lupa kan..
Namun ada pemandangan yang kontras jika memerlukan "tenaga" cuma-cuma.
Yang dekat bahkan tak pernah mendekat.
Justru yang jauh dan tersisihkan dibuat pasal tegas hukuman atau denda.
Ini kah keadilan wahai para pemimpin?

Monday, November 2, 2020

The Rain

 Pagi ini hujan datang.

Membawa rintik kisah hujan.
Yang datang dari sudut bagian dunia.
Membawa berbagai kenangan.
Membawa berbagai kisah petualangan.
Untuk kembali disini dan bertemu kembali.
Mungkin sebagian yang memandang hal ini tak istimewa.
Terkesan acuh dan bahkan banyak yang tak suka.
Rintiknya makin deras.
Menutup kejauhan dengan warna kelabu.
Mungkin mereka takut kehilangan yang jauh karena tak terlihat.
Mungkin mereka resah tak dapat berjalan dibawah mentari yang hangat.
Lihat saja saja dijalanan itu penuh dengan air yang mengalir deras.
Lihat saja didedaunan itu yang nampak tertunduk.
Rerumputan diseberang sanapun seakan berenang riang.
Maka masihkah kamu berfikir hujan adalah kemalangan?

Lihat saja maka kamu akan tau kisah petualangan mereka.
Meski banyak kenangan yang mencoba tuk dilupakan.
Meski banyak kisah yang harus terhenti karena tak ingin kebasahan.
Percaya saja.
Hari esok masih akan datang.
Dan jika esok masih terlalu lama, lihat saja nanti.
Rintik hujan akan berganti.
Walau nanti masih saja tak pasti, percaya saja yang kamu nanti akan datang kembali.
Membawa banyak cerita yang bahkan tak akan pernah habis untuk kamu nikmati.
Suatu saat nanti dan hanya untukmu yang menanti saat-saat disebut sebagai kita dan kami.


Friday, October 9, 2020

ABOUT YOU adalah mimpi terindah dalam pekat

 Ada banyak hal yang dapat memenuhi hatimu.

Bahkan hanya dengan sedikit melihat senyum itu.
Gambaran tentangmu ada telaga yang menyejukkan.
Senyum simpul milikmu adalah sinar mentari yang menghangatkan.
Adakah yang lebih menenangkan dari pada itu.
Maka Maha Pencipta yang menjadi satu-satunya alasan rasa itu diciptakan.
Penuh rasa bahagia.
Penuh warna yang disuka.
Penuh harapan dan asa yang tinggi nan sempurna.
Lihat saja. Sekali kamu tersenyum. Maka selamanya adalah tentangmu.
Lihat saja. Sekali kamu menyapa. Maka selamanya harapan itu terus tumbuh.
Kamu adalah hal-hal yang tak tergantikan.
Tentangmu adalah semangat.
Tentangmu adalah puncak tertinggi dunia.
Tentangmu adalah hari esok.
Dan disana terdapat satu hal yang memilukan.
Dia adalah kenyataan.
Yang tak pernah mau menjadi fiksi.
Yang tak pernah bisa terjangkau imajinasi.
Pilu dan getir adalah rasa paling nyata yang diberikan oleh kenyataan.
Yang nyatanya mendorongku kembali pada kumpulan kata yang tak berakhir bahagia.


Wednesday, September 30, 2020

Dreamin

Aku ingin tidur semalaman, dan memimpikan kita.
Aku tidak ingin terbangun. Aku ingin tidur semalaman.
Bisakah aku menghentikan waktu untuk bermimpi?
Bisakah?
Dimana hati kita saling merindukan saat pertama kali kita bertemu.
Kita berdua merasakannya.
Tapi impian kita begitu tidak adil dan tidak nyata.
Kita terhanyut dalam suasana.
Kita hanya bertemu satu kali.
Kita hanya berbicara untuk sesaat.
Itu tidak cukup.
Aku menginginkannya seperti dalam mimpiku.
Aku lebih dari bahagia.
Kita berdua saling berpelukan.
Saat kita ingin bertemu... tutuplah mata kita dan bermimpilah.
Agar hati kita bisa menjadi satu.


Tuesday, September 29, 2020

Scolarship

Pernahkan kita mendapati masa lalu.
Tentang menyukai seseorang.
Terlebih kita sebagai lelaki.
SMA adalah awal mulanya.
Disana ada seorang perempuan yang aku sukai.
Kita pernah ngobrol panjang lebar diawal. Tapi karena suatu hal bahkan tak ada obrolan lagi yang mau diobrolkan. Bahkan tau itu aku saja. Langsung kena blok. 😅
Dan itu terjadi setelah masa SMA usai dan bangku perkuliahan pun dimulai.
Kisahnya memang tak selancar itu. Terlalu banyak duka disana.
Dan hal terakhir obrolan yang aku terima darinya adalah. Sebuah tempat favorit dimana kita bisa mencari fiksi-fiksi yang tepat.
Nah disinilah tentang dia berakhir.
Aku hanya bisa memantaunya dari jauh. Tak ada lagi obrolan. Tak ada lagi senyuman darinya yang hangat.
Bangku perkuliahan sepertinya saling menjauhkan kita.
Dia yang brilian itu. Menanjak karirnya. Dan berkali-kali menjadi orang penting dievent yang diselenggarakan dikotanya.
Dan disini aku hanya bisa melihat timelinenya dari jauh. Sembari membakar semangat. Aku harus bisa seperti dia.
Tapi nyatanya. Aku hanya ada disudut bumi antah berantah. Bahkan kafe saja aku hanya pernah lewat.
Lulus sarjana dia berjuang mendapat scolarship luar negeri. "AUSTRALIA"
Sebuah benua dengan sistem pendidikan yang maju.
Penuh hiruk pikuk pemikiran tingkat tinggi dan akan bergelar master of.
Dari sana aku pun ingin mengejarnya, disaat dia berjuang dengan pendidikan para profesor. Aku terbuang dan gagal menjadi orang "terpandang" di tempat ini. dan nyatanya aku nekat untuk sejajar dengannya tapi hanya kuat sampai diuniversitas sudut bumi antah berantah.
Dua tahun berlalu. Dia mendapat gelar master of. Dan akupun. Meski tak sesama itu. 😅
Pernah terbersit. Sepertinya aku pantas menjadi pendampingnya. DAN AKU MENYADARI. "Oh sial, aku harus melakukan sesuatu agar ia menerimaku." Itulah yang kupikirkan.
Tetapi ketika dia kembali mendapat scolarship ditempat yang sama menjadi bergelar Ph.D
Kalian tau kan. Orang diluar kedinasan. Berstatus tak jelas. Pemula yang masih tak tau dan tak punya apapun sepertiku, terasa jarak antara kami semakin lebar.
Dan ketika aku menuliskan ini. Sepertinya dia sudah benar-benar lupa tentangku. 😅
Aku mungkin sudah kalah dalam pertaruhan untuk bersamanya. Tapi jika bukan karena dia. Aku tidak mungkin punya semangat belajar dan mimpi-mimpi yang sampai sekarang masih sebatas mimpi. 😂

Sunday, September 20, 2020

One Another Day

Hey,
Kamu memang tidak mengenalku.
Tapi aku sudah lama memperhatikanmu.
Sebenarnya sudah selama beberapa tahun.
Aku hanya ingin memberitahumu. Aku ingin mengenalmu.
Aku tau,
Seorang pecundang sepertiku, hanya dengan memandangmu saja sudah salah.
Tapi aku.
Aku benar-benar menyukaimu.
Aku menyukai matamu. Saat kamu berbicara dengan seseorang. Matamu bersinar. Seakan akan kamu bersemangat dan sangat tertarik dengan apa yang mereka katakan.
Dan aku menyukai senyumanmu.
Saat kamu tersenyum, matamu terlihat menyipit. Seperti bahagianya seorang anak kecil.
Sudahkah kamu mendengar kisah tentang seorang pendaki himalaya?
Dalam perjalanan itu nyatanya telah banyak yang jatuh dan bahkan meninggal.
Dan satu lagi, tentang bagaimana seorang pria yang berjalan diatas seutas tali diatas ngarai niagara yang dalam?
Sebelumnya aku juga tak mengerti apa alasan mereka sampai mau melakukan hal itu.
Hingga, aku bertemu denganmu.
Kamu pernah bertanya padaku.
Mengapa aku bahkan berani mendekatimu bukan?
Sekarang aku tau, saat kamu benar-benar jatuh cinta. Kamu tidak butuh alasan apapun.
Cinta membuat kita berani melakukan hal yang bahkan tidak rasional sekalipun.
Kamu tau,
kamulah gunung himalaya-ku
Kamulah ngarai niagara-ku, dan aku ingin berjalan menyebranginya.

Friday, September 18, 2020

The Town


Sudahkah malam telah membuat kamu mengingat.
Dikota itu. Kamu pernah benar-benar jatuh hati.
Mengagumi dan ribuan kata pernah tersusun disana.
Membuatmu tersenyum tanpa sebab.
Membuatmu bahagia yang tak tergambarkan.
Dalam benakmu, disana adalah tempat ternyaman.
Meski banyak hal-hal yang membuatmu harus menjauh dari sana.
Kota itu, masih saja melekat begitu dekat dan terus menerus dirindukan.
Tentang tempat disudut kota itu, adalah tempat yang selalu membuatmu semangat.
Bahkan menjadi ambisius. Karena pernah rela menunggu berjam-jam hanya untuk melihat yang tak pernah terlupa dalam ingatan.
Dan kini. Hari ini pula.
Kamu terjatuh. Kota yang selalu dirindukan terasa jauh. Bahkan meski telah benar-benar disana.
Rasa sepi itu telah merubahmu menjadi seseorang yang lain.
Kehampaan itu membuatmu lupa bagaimana rasanya tersenyum dengan hangat.
Kepiluan itu membuatmu tak tau lagi bagaimana seharusnya bersikap.
Kenyataan. Memang tak selama seindah fiksi.
Rasa pahitnya asli. Dan susah untuk dilupa.
Dikota itu. Yang dulu selalu kau nanti. Kini adalah kota yang selalu membawamu pada rasa getir.
Dan setiap mengingat sudut kota itu. Hanya ada kamu yang lupa. Mengapa disana tak lagi sehangat dulu.

Wednesday, August 5, 2020

One Day


Aku yang selalu melihat foto-fotomu dan nyatanya aku lupa, satu sosok yang tak pernah terlihat tapi dia ada sebagai orang terdekatmu yang memfotomu disana.
Memberimu kebahagiaan. Dan mebuatmu tak pernah berhenti tersenyum.
Menikmati hari-harimu dengan penuh warna. Dan kehangatan.
Seperti mentari pagi yang selalu ditunggu penikmatnya.
Mencerahkan semua memorimu.
Dan melapangkan kisah-kisah yang terekam dalam benakmu. Menjadi hal-hal yang tak pernah terlupakan.
Dalam hatiku nyatanya aku lupa adanya sosok itu.
Seseorang yang lebih dulu ada didekatmu.
Bahkan sebelum aku mengenalmu.
Hingga sekarang sepertinya tentangku yang kamu tau hanya sekedar mengenal dan hanya itu. Tak lebih.

Friday, July 31, 2020

State Of The Art.


Namamu adalah bagian dari sebuah nama surah dalam kalam suci.
Nama lengkapmu selalu mengingatkanku pada semangat nasionalis bahwa tempat itu adalah bagian dari negeriku tercinta. Indonesia.
Dan sosokmu adalah golongan mulia dari ciptaan Yang Maha Sempurna.
Tentangmu adalah barisan misteri yang tak terjamah olehku.
Kesan tentangmu adalah hal-hal kecil.
Namun, setelah dalam ingatanmu ada kamu.
Adalah barisan teristimewa dalam memoriku yang tak terbatas.
Angan tentangmu tak pernah tersampaikan hingga menjadi nyata. Untuk saat ini.
Aku tau. Aku memang terlalu mendamba.
Pada sosokmu yang ternyata malam ini lebih mendekatkanku pada Tuhan.
Bahwa malamku yang pekat ini.
Masih diberi cahaya sebagai pemantik semangat esok hari.
Untuk menjalani hari. Dan senantiasa menanti.
Akankah esok takdir Tuhan akan mempertemukan kita dalam sebuah ketidak sengajaan lagi.
Karena tentangmu.
Aku masih saja tak mengerti.


Wednesday, July 29, 2020

SAngka

Semakin aku melihat masa depan nan jauh itu.
Bahkan malam yang pekat itu lebih gelap dan sunyi.
Melupakanmu mungkin bukan pilihan.
Namun didepan sana hanya ada kebuntuan.
Bukan karena masalah angka.
Hanya saja kepantasan disana masih tak seimbang.
Aku takut hanya terlalu mendamba.
Tentangmu yang begitu luar biasa.
Dan tentangku yang biasa saja.
Semakin menatapmu dari kejauhan ini.
Semakin tak terlihat olehmu.
Aku hanya kilasan yang lewat sekejap mata.
Seperti pepohonan dijalan raya.
Seperti rumput liar yang tak pernah benar benar diperhatikan.
Karena tentangmu adalah jalan raya yang selalu sampai pada tujuan. Dan aku masih saja ingin memandangmu lebih dekat dari ini.


#AKar

Sunday, July 26, 2020

Mungkin


Mungkin dulu kau disini. Dengan hal hal yang pernah membuatmu menjadi seperti sekarang ini.
Berada dipuncak karir dan nyatanya masih saja menanjak.
Mungkin dulu kau dibawah pohon rindang ini juga. Menginjak tanahnya. Menikmati sejuknya udara.
Metatap jauh berjejer dengan rapi barisan cemara. Masihkah kamu ingat. Dengan warna ungunya yang meneduhkan.
Mungkin dulu kau disini pula tertawa dengan teman temanmu. Menikmati perjuangan panjang. Bagaimana suka dan dukamu disini. Tempat aku terduduk dan bayang tentangmu menjadi hal yang pertama datang.
Dan sepertinya sekarang akupun tak pernah bisa lupa.
Meski kau masih saja enggan mengingatku sebagai hal kecil dari satu orang yang mengagumimu.

#AKar

Sunday, May 24, 2020

S.A.D

Apakah ini?
Perasaan hangat dihatiku.
Seperti mentari pagi dan langit cerahnya itu.
Suara pagi yang khas, dan aroma pagi yang kental itu.
Perjalanan waktu tak pernah mau menunggu.
Dari pada bertatap muka. Ini seperti kedekatan yang lama dan saling dirindukan.
Mengusir rasa dingin yang menusuk kulit.
Mendatangkan kehangatan yang menentramkan.
Lihatlah, masihkah kamu menatap mentari yang sama.
Masihkah disana pagi yang sama.
Ataukah senja yang kau lihat disana.
Dipojok dunia antah berantah ini, aku tersenyum. Berharap diseberang sana kau pun tersenyum padaku.
Aku tau kau berada ditempat yang jauh itu.
Namun, apakah hanya jarak yang memisahkanku?
Aku takut. Dunia bukan hanya memisahkan jarak.
Seharusnya aku tak berfikir hal terburuk itu.
Tapi seperti biasa. Takdirku nyatanya belum pernah semanis itu.
Setidaknya disini sekali kali ijinkan aku berterimaksih. Karena Tuhan telah menciptakanmu sebagai alasan bahwa kalimatku tidak pernah jauh-jauh darimu.

Tuesday, May 12, 2020

Getir

Ada beberapa hal yang dapat mengubah hobi seseorang.
Dan jika kamu sampai pada berbagai hal yang bahkan tak pernah kamu lakukan, tapi ada perasaan bahagia disana saat kamu menirunya. Maka disanalah perasaanmu mulai tumbuh.
Hal hal yang tak datang itu mulai menjadi kebiasaanmu yang kamu sukai.
Semakin rutin kamu semakin menyelami.
Hal hal itu membuatmu bertahan.
Dari pahitnya kenyataan.
Dari pilunya kisah yang kamu jalani.
Dari getirnya dunia karena terbatas oleh kemampuan.
Maka disanalah sebuah keputusan harus diambil.
Karena jika bertahan sudah tak mungkin lagi.
Karena jika berjuang telah sampai pada batas akhir.
Disanalah kamu harus menata ulang semua naskah yang sudah biasa kamu perankan.
Atau memilih berhenti dan mengambil semua hikmah.
Meski perih itu tak pernah tergambarkan dalam mimpi mimpimu.
Meski ketidak mungkinan sudah didepan mata saat mimpi itu tak dapat terwujudkan.
Maka satu-satunya pilihan adalah berjalan dalam kubangan sekali lagi.
Hadapi kenyataan. Sambung lagi kehidupan.
Buat dirimu sampai pada batas akhir lagi.
Dan tanamkan syukur dalam diri.
Karena Tuhan tak pernah lelah memberi semua rahmat-Nya.

Tuesday, May 5, 2020

Appropriate

Disana kamu melintasi jalan yang bahkan tak pernah aku tau.
Disana kamu tersenyum pada mentari setelah lama bersembunyi oleh awan putih tebal itu.
Disana kamu melangkah dan mencoba menggariskan masa depanmu yang cerah.
Disana kamu duduk sendirian beralaskan rumput yang berhiaskan pohon rindang yang bahkan tak tau aku nama jenisnya.
Itukah kehidupanmu disana?
Itukah keseharianmu disana?
Itukah kisahmu disana?
Aku bahkan hanya dapat menerka-nerka bagaimana rasa udara yang kau hirup.
Dengan setumpuk fiksi dan ratusan imajinasi.

Mungkin jalanan itu adalah tempat dimana kamu meninggalkan jejak.
Mungkin senyuman itu bukanlah untuk mentari. Mungkin langkah itu adalah dimana kamu sejenak berhenti dari kesibukanmu.
Dan mungkin dibawah pohon yang berjejer apik itu sebenarnya kamu menunggu.

Tentang bagaimana kamu.
Dan tentang seperti apa kamu.
Adalah hasilku menerjemahkan kamu. Dari galeri yang berisi setumpuk momen tentangmu.
Dan entah siapa yang kamu lihat selama ini disana.
Di tempat antah berantah, yang bahkan aku hanya mengetahui namanya, tanpa pernah terbayang bagaimana aku bisa disana. Dan seperti apa jalan yang harus ku lewati.
Agar sampai pada tempat yang selama ini kau lihat.
Dari seseorang yang bahkan terlalu lama kau lupakan.
Yang akhirnya "Pantas" adalah kata paling pahit  dalam kata "nyata".

Monday, May 4, 2020

Yang Tak Pernah Sampai

Aku pernah melihat patah hati yang kelabu
Aku pernah melihat sembilu yang suram
Dan aku pernah merasa pahit saat hujan adalah pertanda hari akan berganti.

Jauh disana ada yang memandang jauh kedepan cakrawala.
Entah merindu atau hanya sekedar mengihibur dari waktu yang mengikat
Menatap kejauhan seakan begitu mendamba.
Tergambar waktu yang tak pernah memihak.

Matahari mulai pergi berpindah untuk membawa hari yang baru dibalik bayangan sana.
Dan disini dalam gelap yang pekat membawa pilunya rindu datang menghampiri.
Membawa kabar yang dinanti ternyata telah lebih jauh dari bayangannya selama ini.
Ada ucap syukur disana yang dibarengi pahit yang perih.
Ada hal-hal diluar ekspektasi yang bahkan lebih nyata dari kenyataan itu.

Ada harap yang meratap.
Ada pilu yang menyekat.
Karena kenyataan tak pernah memihak.
Maka biarlah harap dan pilu itu menjadi pengobat rindu.
Yang harus hilang ditelan hujan.
Dan pergi ke samudra pilu hingga kita lupa semua yang dibawa hujan bermuara dilautan yang biru karena tumpukan rindu yang tak pernah sampai pada kata temu.

Thursday, April 23, 2020

Tentangmu adalah ...

Jika tentangmu adalah hal hal yang membuatku terkagum dan tak dapat berkata.
Tapi dalam anganku sudah bersiap hujan kata menjadikannya kalimat yang mengalir deras.
Dan semuanya itu bermuara padamu.

Jika hanya dengan menatap senyummu adalah warna terindah dalam lukisan abadi dalam ingatanku.
Maka dalam hatiku yang dingin ini mulai menghangat hanya dengan melihatmu sekilas dari kejauhan. Yang mungkin tak pernah kau hiraukan.
Dan tentangmu adalah candu yang bahkan tak pernah bisa dihilangkan.

Jika semua yang kamu lakukan adalah semua hal yang mendorongku untuk menyukai hobi mu.
Maka dalam hari-hariku adalah keikhlasan yang tak berdasar.
karena meski dalam jarak yang sejauh ini semua tentangmu adalah perasaan bahagia saat kita memandang bulan yang sama dimalam hari.

Tentangmu adalah kumpulan kata yang tak pernah terucap.
Namun selalu ada dalam hatiku dan perlahan kutuliskan agar kelak entah kapan, dimana dan seperti apa akan sampai didepanmu.
Perlahan kau baca.
Dan akhirnya kututup tulisan ini dengan mengingat kembali hal terakhir yang kulihat sebelum awal Ramadhan tahun ini. Dimulai dengan pilu dan sendu.
Dimana dunia bersedih dicoba dengan wabah.
Dan disini penulis hanya menutup harinya dengan "harapan" bahwa sunyi ini akan berlalu meski sekali lagi hanya dapat menatap dari kejauhan dan mengingat kenangan tentang hari-hari itu.


Wednesday, April 22, 2020

‘ Layang ’ (surat)


“Kekang yang menghalang. Batasan ekspresi yang melintang. Jatuh dalam bayang. Sangkar tak biarkan terbang.”
Entah apa lagi yang sesuai denganku. Ibarat yang mencerminkan diriku.
Hingga kembali kutemukan layang, Habis Gelap Terbitlah Terang.

Tuesday, April 7, 2020

It's Just Like a Burning Torch in The Storm


Seperti obor yang menyala ditengah badai.
Seperti bunga kecil yang bermekaran dirumah.
Penuh tekad akan seauatu.
Kadang juga lemah lembut.
Kumerindukanmu
Dengan pandangan kabur kudekap lututku.
Ketika jantung berdebar.
Dengarkan aku, dan berlayarlah lagi.
Berharap mampu menerangi lautan asing itu.
Suara yang terhubung itu menuju dunia tanpa jawaban.
Ayunkan layarnya.
Kau tidak sendirian. Dan bersatulah dengan badai ombak.
Teroboslah kegelapan itu.

Thursday, March 26, 2020

Sampai Disebut Cerita

Kau tau.
Dalam hening ini aku melihat sosokmu.
Dalam sesak dan beratnya beban ini ada kamu.
Dalam wajah senyum dan sorot mata yang tak terlukiskan.
Sekali lagi anganku sampai pada "waktu itu".
Dimana semuanya terlihat terhenti tak ada fokus lain dalam pandangku. Selain kamu.
Dimana tak ada lagi kekecewaan karena tak dapat terucap kalimat untukmu. Meski tampak biasa.
Tetangmu adalah tinta. Yang menjadikannya kata. Dan terkumpul sebagai kalimat. Sampai disebut cerita.
Kisah tentangmu mengaburkan sosok aku.
Karena kamu adalah hal-hal diluar logikaku.
Karena kamu adalah perpaduan abstrak pemikiran para pembuat.
Karena kamu adalah karya Tuhan yang tak dapat diganggu gugat.
Tentang seujung senyum dan perasaan yang tak asing itu kembali padaku.
Membawa ribuan kata yang siap disusun rapi.
Dengan panjang dan lebarnya kisah. Antara berat dan sempitnya jalan kita.
Tentang sesak dan pilunya kenyataan.
Tentang rasa menyerah dan kobaran semangat untuk terus melangkah.
Tentang kamu dan ribuan waktu meski dalam hitungan detik.
Aku bersyukur kenyataanku yang pahit ini kali ini masih ada kamu yang menjadi setitik rasa manis karena bertemu denganmu.


Thursday, February 20, 2020

Dalam Pekat



Saat aku bermimpi terlampau jauh.
Tuhan memberiku kenyataan pahit.
Kehilangan dan kegagalan adalah hujanku yang Tuhan berikan untuk membasuh semua kekurangan.
Aku terima. Dan masih saja menerjang badai.
Rintiknya memekakan telinga sampai tak ada lagi suara lain yang didengar.
Aku tersudut dalam gelap.
Menantikan mentari kembali menyapa.
Membawaku kembali pada terik yang menguras peluh.
Membakar kulit.
Dan memompa adrenalin seakan meledak.
Habis nafasku, meski dengan cepat aku menariknya.
Kini itu hanya imajinasi yang entah kapan pernah ada.
Yang tertinggal dariku hanya malam yang pekat oleh gelap.
Suara rintik hujan yang seakan tak ingin berhenti.
Dan anganku yang tak tentu. Hanya memohon pada Satu.
Tuhan. Ijinkan aku melihat potongan keinginan yang membuatmu mendekat dan kembali menghidupkan nuraniku.

Monday, January 20, 2020

Basa-Basi Birokrasi


Semuanya kenal dengan yang bernama grafitasi.
Dia selalu menjatuhkan. Menyeret siapapun kedalam arus birokrasi yang bobrok.
Tertunduk-tunduk seakan status diri lebih tinggi.
Senioritas dijunjung tinggi dengan maksud terselubung untuk merendahkan.
Kata patuh hanya sebagai jargon supaya dapat "muka" didepan pemegang kekuasaan.
Dibelakang mengikuti arus seakan tak sejalan.

Sekali lagi, grafitasi menjatuhkan.
Meyeret arus besar rutinitas monoton yang meledak diawal namun mengumpankan dibelakang.

Yang merasa tak enak untuk menolak, mati menyedihkan.
Yang merasa bisa menyuruh, tertawa dalam angan.
Bertumpuk tugas makin menggunung.
Namun dituntut bagus tanpa ada pengertian setitik pun.
Kami dianggap relawan bodoh.
Yang bahkan kalian lupa nasib kalian sebelum ini.

Yang masih dianggap baru diiming-imingi kata "Latihan".
Bukan untuk menjadi lebih baik.
Bukan untuk menjadi "Terlatih".
Hanya omong kosong menyembunyikan niat asli untuk bebas tugas bagi yang merasa lebih berkuasa.

Membunuh kreatifitas hanya karena disuruh keadaan.

Kalian pikir, 
Orang baru tak becus!!
Kalian pikir,
Orang baru dungu!!
Maksudmu tercium dari berhari-hari kami memperhatikan.
Niat kalian busuk!!
Pikiran kalian picik!!
Kau anggap kami anak kecil yang tak tahu apa-apa. Hah!!!!

Mau sejauh apa kami mengumpat?
Mau sejauh apa kami mengeluh?
Maka sadarlah, kalian adalah golongan grafitasi.
Yang menjatuhkan kami.
Membunuh cita-cita luhur kami.
Kami manusia bukan robot yang hanya perlu makan listrik.

Tuhan. Maafkan kami yang hari-harinya dibanjiri oleh keluh kesah keadaan.
Bukan maksud kami yang tak pandai bersyukur.
Bukan pula maksud kami yang menanam rumput suapaya keajaiban menumbuhkan padi.
Hanya saja kami perlu sosok "elevasi" yang dapat membantu kami bangkit lagi dari jurang grafitasi.

Sunday, January 19, 2020

State Of The Art


Pagi ini ditengah hiruk pikuk manusia yang mencari kepentingannya masing masing.
Aku seperti mengenal sepasang mata itu.
Melihatmu dari sedekat itu. Hati  kecilku berkata.
Wajah itulah yang kamu lihat storynya tiap hari.
Wajah itulah yang tak pernah benar-benar berani untuk sekedar menyapa.
Yang nyatanya hanya setelah kurang dari satu detik bisa melihat sedekat itu. Aku menyesal tak menyapamu.
Berjalan saling menjauh. Entah apa yang ada dipikiranmu kala itu.
Apakah sama dengan yang aku pikirkan saat itu.
Dan dalam kejauhan itu aku menyesal atas semua yang tak aku lakukan kala itu.
Tuhan menakdirkan temu. Namun manusia telah salah memilih menyesalinya.
Tentangmu kala itu hanya sekedar saling berpapasan. Jalanan membosankan dan dinginnya pagi itu adalah satu-satunya hal yang mengingatkanku tentangmu.
Pertemuan kita singkat. Tapi hal-hal tentangmu tersimpan rapat. Dan siap untuk kembali kuingat.
Dinginnya pagi dan hangatnya senyummu. Adalah bagian dari kalimat yang dapat kukumpulkan. Dari kepingan ingatan tentangmu yang dihiasi pagi dengan perasaan menyesakkan karena dekat denganmu aku ragu kalimat apa yang harus kuucapkan untukmu.

Thursday, January 16, 2020

Nyaris Tanpa Sekat


Pernah aku berdiam diri disebuah pagi yang lebih dingin dari ini.
Disebuah pinggiran kota yang jauh. Dan perlu berjam jam aku untuk sampai kesana.
Aroma khas dipagi hari adalah tectoquinon lembab yang beradu dengan S. Polyanthum yang hangat. Membuat pagimu serasa ada disebuah tempat antah berantah yang menyuguhkan berbagai aroma tetapi meneduhkan.
Di tempat itu, entah telah berapa lamanya aku mengenalnya. Mungkin telah bertahun lalu.
Meski aroma yang masih sangat dikenal. Namun melihat sekeliling tak lagi sama.
Dulu disamping jalan itu adalah pohon sebagai saksi bisu bahwa semua belum pernah mengenal yang disebut "pantas" karena "kasta".
Layaknya anak kecil yang hanya memiliki rasa bahagia saat bersama teman-teman sebayanya. Dunia mereka entah mengapa selalu terhubung.
Tak ada rasa canggung. Tak ada rasa tidak pantas.
Semua adalah tentang saling melengkapi.
Namun kini lihat saja. Pohon itu telah ditebang.
Berganti lapisan keras yang menyembunyikan tanah yang gembur.
Wangi petrichor yang dulu menenangkan sudah punah. Dan mungkin tak lagi diingat masa sekarang.
Sekedar menatap lama disana hanya membuatmu kecil. Tak berdaya. Dan justru malu karena disana bukan lagi kawasan bersama.
Semua terasa sendiri-sendiri. Tak ada lagi kata bersama-sama.
Lantas masihkah kau merindukan kenangan dulu yang begitu hangat, nyaris tanpa sekat. Dan denganmu adalah waktu yang diberhentikan sesaat namun tersimpan rapi dalam kenangan. Lalu terbang melintasi waktu yang membuat perindu semakin pilu.

Wednesday, January 1, 2020

The December in January


Ini adalah ujung dari cakrawala yang ingin kamu lihat.
Katakan.
Katakan saja yang ingin kau katakan.
Lantangkan
Lantangkan suaramu hingga disebrang sana dapat mendengar.
Perasaan dalam dirimu yang selama ini kau pendam.
Entah itu ungkapan selamat tinggal.
Atau
Sebuah ungkapan selamat datang.
Disana akan digambarkan dengan jelas semua ingatan yang tergenang.
Dari awal hingga akhir dimana kamu pada titik ini.
Menangislah jika itu melegakan.
Tertawalah jika itu menenangkan.
Orang orang selalu bilang. Kalau mereka menganggap bahwa Desember dan Januwari terpisah jauh.
Seperti ngarai yang tak memiliki dasar.
Mereka bilang, tak usah lagi kau risaukan jarak.
Lupakan saja semua kejauhan itu.
Tapi apakah itu benar benar akan mendekatkan mereka dari kejauhan itu.
Selalu ada bagian dimana kau merasa dekat meski berjauhan. Dan ada pula bagian dimana kau merasa jauh meski berdekatan.
Dan ada pula bagian dimana kau berpura pura menjadi dekat yang nyatanya hanya kau buat sendiri.
Apakah itu dapat dihilangkan dan hanya memilih satu bagian?
Terkadang orang orang mengatakan hal-hal tertentu.
Membayangkan sebuah fiksi seakan nyata.
Memikirkan dengan serius sebuah masa depan yang jauh. Namun masih saja terjebak pada genre fiksi. Padahal tidak.
Atau bahkan menciptakan epos cinta seperti Ramayana dalam pikiran mereka. Namun nyatanya berujung tragis.
Dan sekarang sudah kah kau tau? Proses ini terus terulang. Dari hari kita dilahirkan sampai hari kita akan diberhentikan. Menuju ranah selama-lamanya.
Lantas mereka yang mengenang akan memberikan label "ini menyedihkan", "ini sangat memilukan", "tapi menarik juga", yang nyatanya jauh disana telah diberi sebuah nama yang disebut "kesadaran diri".
Sebuah bagian tak terhindarkan dari kehidupan yang kadang terlalu fiksi dan disebut sebagai "jujur pada diri sendiri".
Dan begitulah, setiap manusia memiliki pandangan tersendiri untuk Desember dan Januwari. Entah itu filosofis ataukah logika klinis. Yang jelas tulisan ini bukan akhir atau awal. Namun jejak bahwa pernah ada yang mengumpulkan kata kata ini sebelum kau menuliskannya lagi. 😊